Psikiater: Sejak Dini Jangan Biasakan Anak dengan Gadget

195 views

SURABAYA – Kemajuan teknologi di era modern ini, membuat anak-anak kecil mulai teralih dari permainan nyata atau fisik ke permainan fiksi atau tidak nyata. Dengan kemajuan teknologi, anak-anak dapat dengan mudah menemukan beraneka ragam pilihan permainan yang seru melalui gadget. Alhasil, banyak anak melupakan pentingnya bersosialisasi karena kemajuan teknologi ini.

Bahkan anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan juga akan mengalami dampak negatif dari paparan gadget. Proses tumbuh kembang yang harus dilalui sebagaimana mestinya pun juga terabaikan begitu saja.

“Paparan gadget bisa membuat stimulasi anak berkurang, sensorik mereka juga berkurang. Proses tumbuh kembang mereka seperti latihan berbicara pun kurang karena mereka sudah terlanjur nyaman dengan gadget,” ujar dr. Yunita Retno B, Sp. Kj, psikiater sekaligus Kepala Poli Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RSJ Menur.

Lebih lanjut dr. Yunita menegaskan, sedari dini jangan membiasakan anak dengan gadget. Hal ini karena gadget bisa menjadi semacam candu bagi anak-anak.

“Ada orang tua yang ingin anaknya diam sementara orang tua bisa melakukan pekerjaannya maka dikasihlah gadget. Kalau hal ini terus menerus dilakukan maka tidak tertutup kemungkinan anak akan menjadi lebih nyaman dengan gadget dan kalau tidak dikasih gadget justru berontak. Ini yang kerap diabaikan para orang tua,” tegasnya.

Para orang tua, lanjutnya, diharapkan dapat lebih bijak dalam mengenalkan kemajuan teknologi kepada buah hatinya.

“Bagaimanapun juga kita tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi dalam hal ini gadget. Maka para orang tua sebaiknya bisa lebih bijak jika ingin mengenalkan gadget kepada anak. Misalnya, ada jam-jam tertentu anak tidak boleh bermain gadget, dan selalu mendampingi si kecil saat bermain gadget,” ujarnya.

Sementara itu bagi anak yang telah mengalami kecanduan gadget, dr. Yunita menuturkan dibutuhkan penangangan lebih lanjut terhadap yang bersangkutan.

“Kalau sudah kecanduan ya harus segera dibawa berobat. Butuh pemeriksaan lebih lanjut terhadap anak dengan kondisi demikian, karena nantinya akan ada serangkaian terapi yang harus dilakukan untuk bisa melepaskannya dari gadget.” pungkasnya. (rur)