World Water Day 2022, Danone-AQUA Berkomitmen Menjaga SDA untuk Keberlanjutan Lingkungan dan Bisnis Bersama Masyarakat

50 views
Memperingati Hari Air Sedunia, Danone-AQUA menggelar webinar bertajuk “Melestarikan Ketersediaan Air Dalam Menghadapi Perubahan Iklim”

Jakarta, HarianSurabaya.com–Dalam rangka peringatan Hari Air Sedunia, Danone-AQUA menyelenggarakan webinar bertajuk “Melestarikan Ketersediaan Air Dalam Menghadapi Perubahan Iklim”. Dari data yang dikeluarkan badan PBB, World Meteorological Organization, sebagian besar negara di dunia tidak siap menghadapi krisis air, seperti banjir dan kekeringan yang diperkirakan akan memburuk seiring perubahan iklim.

Secara global, laporan tersebut menemukan 25% dari semua kota yang disurvei sudah mengalami kekurangan air secara berkala. Selama dua dekade terakhir, pasokan gabungan dari sumber air permukaan, air tanah, dan air yang ditemukan di dalam tanah, salju, dan es di planet ini telah menurun sampai 1 sentimeter per tahun.

Untuk itu dengan menggandeng para pemangku kepentingan mulai dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan juga Pegiat Media Sosial, acara ini diharapkan dapat memberikan perspektif yang lebih komprehensif. Bahwa kelestarian air dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri dalam memastikan ketersedian air di masa kini dan masa depan.

Oleh karena itu penting bagi pemangku kepentingan untuk bersama-sama menanggulanginya. Danone-AQUA juga ingin menyebarkan inisiatif yang telah dilakukan tentang konservasi air dari hulu ke hilir.

Peringatan World Water Day 2022 secara global mengusung tema Groundwater: Making the invisible, visible atau Air Tanah : membuat yang tidak terlihat, bisa dilihat dengan menitik beratkan pada pemanfaatan dan pengelolaan air tanah.

Air, terutama air tanah, adalah sumber daya yang paling umum digunakan untuk mendukung kebutuhan air minum, pertanian, sistem sanitasi, dan kebutuhan industri. Menurut data yang dirilis oleh FAO, sekitar 40 persen dari ketersediaan air dari lapisan akuifer digunakan untuk keperluan irigasi, terutama di negara-negara yang kekurangan sumber daya air.

Memompa air tanah untuk keperluan irigasi menjadi pilihan yang termurah sehingga mempercepat proses kelangkaan air tanah. Sejalan dengan itu, penggunaan pupuk dan pestisida juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas air. Seiring dengan perubahan iklim yang terjadi, tentu saja proses kelangkaan air tanah ini akan semakin cepat lagi, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dr. Ir. Muhammad Rizal, M.Sc., Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian PUPR dalam sambutannya menjelaskan, indeks pemakaian air di Indonesia menunjukkan beberapa tempat seperti di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, serta Bali dan Nusa Tenggara mempunyai status kritis sedang sampai dengan kritis berat yaitu indeks pemakaian air mencapai 50% – 100% untuk berbagai keperluan seperti domestik, Industri dan pertanian.

Menurutnya, ini merupakan tantangan yang dihadapi Indonesia, sehingga Kementerian PUPR harus menjawab dengan pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya air yang ditujukan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga dilakukan untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama tujuan ke-6 yaitu Pemenuhan terhadap Air Bersih dan Sanitasi yang layak pada situasi dimana saat ini terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrim sehingga secara bersamaan Indonesia juga harus memenuhi tujuan ke-13 dari SDGs yaitu Penanganan Perubahan Iklim.”

“Keterlibatan masyarakat dan badan usaha dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya air dan diharapkan kinerja infrastruktur yang telah terbangun dapat terjaga dengan lebih baik. Oleh karena itu kami mengapresiasi pihak AQUA – DANONE yang telah mengadakan peringatan Hari Air Sedunia 2022 untuk mengeratkan rasa tanggung jawab kita dalam menjaga kelestarian sumber daya air Indonesia”, jelas Muhammad Rizal.

Pengelolaan air secara terpadu berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS) diperlukan untuk menjaga keseimbangan siklus air dan memastikan para pengguna air di sekitar DAS terhindar dari bencana, sehingga dapat mempertahankan mata pencahariannya. DAS yang terkelola dengan baik dapat memastikan ketersediaan air tanah tetap terjaga memenuhi kebutuhan air di daerah hilir yang kebanyakan adalah daerah permukiman perkotaan dan kawasan industri.

Tri Agung Rooswiadji, Footprint Program Manager, WWF Indonesia menyampaikan, sumber air yang tercemar menyebabkan pengelolaan terhadap kelestarian siklus air juga semakin menjadi sebuah proses yang sulit. Di antaranya tentu saja biaya yang meningkat untuk memproses air tanah tersebut, bahkan untuk mencegah penggunaanya secara berlebihan.

“Masalah utamanya adalah kita tidak mengetahui secara pasti berapa banyak ketersediaan air tanah yang ada, yang artinya kita bisa saja gagal dalam proses pemanfaatan sumber-sumber air tanah yang vital, seperti misalnya di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengeksplorasi, melindungi, serta menggunakan air tanah secara berkelanjutan akan menjadi kunci untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim dan efek dari semakin meningkatnya populasi manusia,” jelasnya.

Menjawab tantangan dan juga peluang yang salah satunya merupakan tanggung jawab pelaku industri. Danone-AQUA menyampaikan program dan inisiatifnya dalam melakukan usaha-usaha pelestarian siklus air dan juga ketersediaan air. Selain itu upaya pengukuran keberhasilan dampak air positif juga telah dilakukan bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). BRIN melakukan validasi atas analisa dan kalkulasi dampak kepengurusan (Stewardship) aktivitas pengelolaan air yang dilakukan oleh Danone-AQUA dengan metode Volumetric Water Benefit Analysis (VWBA) di dua lokasi pabrik AQUA yaitu Mekarsari dan Babakanpari di sumber air Kubang.

Ratih Anggraeni, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia menjelaskan, Danone-AQUA berkontribusi dalam melindungi sumber daya air tanah secara menyeluruh dengan mengembalikan air ke dalam ekosistem, menggunakan air secara bertanggung jawab dan meningkatkan akses air bersih untuk masyarakat.

“Kami berkomitmen dalam menjaga sumber daya air untuk keberlanjutan lingkungan dan bisnis bersama masyarakat serta pemangku kepentingan. Kami menjaga kuantitas dan kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan menginisiasi penelitian hidrogeologi, program konservasi, dan pembentukan forum pengguna air untuk memastikan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola DAS,” ujarnya.

Ratih menambahkan, Danone-AQUA terus berupaya mengembangkan program untuk meningkatkan akses air bersih, sanitasi, dan penyehatan lingkungan bagi masyarakat di sekitar pabrik dan wilayah operasional AQUA di Indonesia yang masih kekurangan akses air bersih. Tak hanya itu, Danone-AQUA juga menjalin kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal dan internasional untuk meningkatkan jangkauan dan jaminan keberlanjutan program serta menginisasi model bisnis yang inovatif untuk mendukung hal tersebut.

“Kami juga menyadari bahwa proses validasi yang terukur dari lembaga yang kredibel memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas dari pengelolaan sumber daya air. Oleh karena itu kami bermitra dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan proses validasi dari program pengelolaan sumber daya air kami”, lanjut Ratih.

Dr. Sci. Rachmat Fajar Lubis, Peneliti Air Tanah BRIN mengatakan, pemahaman tentang ketersediaan air tanah harus terus diamplifikasi karena dalam satu dekade ini persediaannya terus menurun. Metode kuantifikasi di 6 sektor yang terintegrasi di antaranya penanaman pohon, dan pembangunan sumur resapan untuk konservasi air hendaknya dapat dilakukan secara nasional karena akan sangat bermanfaat untuk memonitor ketersediaan air. Pada akhirnya diperlukan dukungan serta partisipasi untuk menjaga bangunan-bangunan konservasi air”.

Pada kesempatan ini, hadir pula Putu Ayu Saraswati, Puteri Indonesia Lingkungan 2020 yang secara konsisten melakukan berbagai langkah peduli lingkungan dan melakukan advokasi di ranah media sosial. “Saat ini saya melihat bahwa perubahan iklim dengan kenaikan suhu yang konstan di berbagai belahan dunia mengakibatkan semakin langkanya sumber air yang dapat digunakan oleh mahluk hidup. Namun terkadang perbuatan manusia itu sendiri yang mencemari sumber air, misalnya pembuangan limbah cair rumah tangga ke sungai, menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan sebagainya,” ujarnya. (avc)