Amartha Prosperity Index: Pentingnya Memanfaatkan Kanal Digital untuk Pengembangan UMKM di Daerah

34 views
Amartha Microfinance
Amartha Prosperity Index: Pentingnya Memanfaatkan Kanal Digital untuk Pengembangan UMKM di Daerah (foto koleksi : avy/hariansurabaya.com)

Surabaya, hariansurabaya.com – PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), microfinance marketplace yang berfokus pada pemberdayaan pengusaha ultra mikro lewat layanan
keuangan inklusif, meluncurkan hasil riset terbaru yang bertajuk ‘The Indonesia Grassroots Entrepreneurs Report’. Temuan utama riset ini menunjukkan bahwa pelaku UMKM di Indonesia sudah memiliki tingkat inklusi keuangan yang baik, namun tidak banyak UMKM yang sudah memanfaatkan kanal digital untuk mengembangkan usaha mereka.

Dalam menjalankan riset ini, Amartha menggandeng Katadata Insight Center untuk mengetahui lanskap UMKM Indonesia terhadap penggunaan produk keuangan dan adopsi digital. Riset ini diukur menggunakan Amartha Prosperity Index, yaitu sebuah indeks yang disusun untuk memahami bagaimana kondisi pelaku UMKM pada saat ini dalam ranah perilaku finansial dan digital.

Rezki Warni, AVP Marketing & PR Amartha memamaparkan, “Amartha sebagai perusahaan
yang fokus pada pengembangan UMKM, melakukan riset ini dengan tujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung kemajuan UMKM, terutama dari sisi inklusi keuangan dan adopsi digital. Harapannya, riset ini dapat menjadi referensi bagi berbagai stakeholder, untuk bersama-sama mengambil peran dalam memajukan UMKM Indonesia”.

Survei ini dilakukan pada bulan November 2021 dan melibatkan 402 orang pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Bodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Riset ini mengutamakan responden yang berdomisili di wilayah sub-urban, sesuai dengan karakteristik mitra Amartha.

Hasil Pengukuran Dimensi Amartha Prosperity Index Amartha Prosperity Index Indeks membagi pengukuran menjadi tiga dimensi utama yang mengukur kesejahteraan berdasarkan tingkat inklusi keuangan, penggunaan produk finansial tingkat lanjutan, dan adopsi digital bagi UMKM.

Pada dimensi inklusi keuangan, skornya sangat baik dengan nilai 84,33, artinya sebagian besar pelaku UMKM memiliki satu atau lebih produk layanan keuangan, meskipun tidak digunakan setiap hari. Pengguna aktif berasal dari UMKM di bidang jasa dan perdagangan.
Pada dimensi penggunaan produk keuangan tingkat lanjut, skornya cukup rendah yaitu 29,98.

Mayoritas UMKM masih menggunakan uang tunai. Layanan non-tunai dan perbankan belum
dipilih karena dinilai sulit untuk menggunakannya. Kemudian untuk dimensi adopsi digital berada di skor baik yaitu 66,08. Kepemilikan smartphone dan internet sudah tinggi namun penggunaannya hanya sebagai hiburan semata dan bukan untuk kebutuhan produktif yang dapat menunjang usaha.

Sementara kendala bagi yang tidak menggunakan perangkat digital dan internet disebabkan oleh keterbatasan dan kualitas jaringan serta persepsi harga internet yang mahal. Senada dengan hal tersebut, Dewi Meisari selaku Chief Editor UKMIndonesia.id
menjelaskan “Pertama karena memang belum terpapar dengan pengetahuan bahwa aplikasi digital itu banyak bisa digunakan untuk menunjang bisnis, jadi bukan hanya untuk akses hiburan. Kedua, terkait dengan transaksi keuangan atau jual beli, masih banyak yang belum bisa percaya dengan keamanan transaksinya karena uangnya tidak muncul dalam bentuk fisik. Ketiga, mereka sudah tertarik tapi takut mencoba jadi perlu adanya pendampingan yang membantu mereka secara step by step.”

Amartha Microfinance
(Kiri-Kanan) Dewi Meisari, Chief Editor UKMIndonesia.id dan Rezki Warni selaku AVP Marketing & PR Amartha dalam acara FGD The Indonesia Grassroots Entrepreneur Report di Surabaya, Rabu (7/9/2022) (foto : ist)

Rekomendasi bagi stakeholder

Berdasarkan hasil riset ini, Amartha merekomendasikan beberapa langkah yang dapat
dilakukan oleh berbagai stakeholder untuk turut mendukung pengembangan potensi UMKM
lokal. Bagi pemain di sektor fintech, pendampingan dan edukasi yang dilakukan secara berkala dapat mendorong pelaku UMKM untuk lebih percaya diri dalam mengadopsi teknologi dan mengembangkan usahanya.

“Memang diperlukan pendekatan personal seperti menyediakan tenaga lapangan atau agen untuk melakukan edukasi dan pendampingan bagi UMKM, supaya mereka lebih terbuka pada teknologi. Jadi penetrasinya bisa lebih mudah karena dibantu agen di lapangan”, lanjut Rezki.

Dari sisi regulator, sangat direkomendasikan untuk menciptakan ekosistem layanan perbankan yang lebih inklusif, yang dapat menjangkau pelaku ekonomi informal di daerah-daerah. Misalnya dengan kebijakan perizinan yang mudah, pembebasan biaya transaksi bagi pelaku UMKM, hingga penyediaan infrastruktur digital yang merata.

“Masyarakat umum juga dapat berkontribusi untuk mendukung kemajuan UMKM di Indonesia. Misalnya dengan bangga menggunakan produk UMKM lokal, serta menjadikan UMKM sebagai alternatif diversifikasi portofolio investasi. Masyarakat dapat menyalurkan pendanaannya lewat platform yang menyediakan layanan keuangan inklusif, seperti Amartha. Kolaborasi dengan banyak pihak, tentunya dapat mengakselerasi pertumbuhan UMKM di Indonesia”, pungkas Rezki.(avc)