hariansurabaya.com | Surabaya – Ketika Sebuah Cerita Tertuang Dalam Buku
Bagi seorang seniman, kadang melalui sebuah karya seni bisa mewakili lisan untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu maupun mengekspresikan pengalamannya. Demikian yang dilakukan oleh Hamid Nabhan, salah seorang seniman dan pelukis asal Surabaya ini.
Karyanya kali ini adalah sebuah buku berjudul “Sang Badut dan Penyair”. Ditanya mengapa memilih kedua tokoh tersebut, Hamid menjelaskan bahwa badut adalah karakter yang lucu, menghibur orang dan selalu tersenyum. Namun dibalik senyum sang badut tersimpan kesedihan.
Sementara itu penyair adalah seorang yang selalu mengekspresikan pengalamannya dalam bentuk kata. Dua tokoh tersebut dianggap cocok dalam berdiskusi untuk menyampaikan rasa unek-unek dalam hatinya tentang masalah masalah sosial yang dihadapi saat ini.
Bagi masyarakat yang gemar membaca, buku tersebut oleh Hamid akan diberikan secara gratis. “Mereka yang hobi baca buku, saya beri gratis buat masyarakat, rekan seniman maupun anak-anak sekolah, juga yang lainnya,” ujarnya.
Awal agustus kemarin buku “Sang Badut dan Penyair” sudah terbit. Kemungkinan akan dibuatkan kelanjutannya atau mungkin juga akan dibuat buku yang mengangkat tema-tema sosial lain.
Untuk memperoleh buku tersebut, Hamid mengatakan biasanya masyarakat ada yang menanyakannya melalui media sosial, ada pula yang memberi nomer rekening, lalu oleh Hamid diminta alamat dan di kirim secara gratis.
Setiap seniman pembuat buku kadang menyelipkan pesan-pesan khusus di dalamnya. Terkait hal tersebut, buku “Sang Badut dan Penyair” menurut Hamid adalah cerita satir. Dalam buku itu ia ingin bercerita tentang keadaan yang sedang terjadi di kehidupan masyarakat luas yang kesulitan menghadapi pandemi ini.
“Tentu saja harapan saya agar pandemi ini bisa cepat pergi jauh dan kehidupan serta perekonomian bisa normal kembali,” tambahnya.
Hamid membagikan gratis setiap buku karyanya dengan harapan merangsang masyarakat luas untuk lebih gemar membaca. Ia juga menyampaikan sebuah pesan bahwa saat pandemi ini kita jangan sampai kehilangan kreatifitas meskipun ruang gerak masih terbatas.
“Selama wabah ini justru saya lebih produktif untuk menulis dan menghasilkan buku. Seperti buku tentang puisi juga seni rupa. Pokoknya kita sebagai seniman jangan pernah berhenti berkarya,” tutupnya. (indra)