hariansurabaya.com | SURABAYA – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menerima kunjungan Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Timor Leste dan Asean Mr. Jukka–Pekka Kaihilahti di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (26/9).
Wagub Emil menjelaskan, bahwa pertemuan tersebut membahas berbagai peluang kerjasama yang bisa dilakukan antara Finlandia bersama Pemprov Jatim. Salah satunya potensi Manufaktur dan Industri, green technology, kehutanan hingga kerjasama di bidang pendidikan.
“Finlandia dikenal sangat maju pada bidang ICT dan tentunya juga di bidang industri manufaktur dan berbagai macam sektor sektor teknologi lainnya,” jelas Emil.
Berbicara mengenai industri manufaktur, lanjut Wagub Emil, Finlandia telah melakukan digitalisasi termasuk Smart City. Sementara Khusus di Jatim, bentuk kerjasama bisa disinergikan dengan KEK Singhasari lewat program Social Economy Excelerator Left.
“Kita juga melihat kemungkinan developer-developer yang ada di Finlandia bisa ikut memperkaya program-program ini dengan solusi-solusi baru. Yang diharapkan bisa memberi kesempatan bagi talenta digital kita untuk memperkuat lagi penguasaan teknologinya,” ungkapnya.
Selanjutnya, kerjasama kedua yakni mengenai transisi Clean Energy. Clean Energy ini banyak membahas mengenai kemungkinan carbon trading mulai aktif lagi digencarkan di tengah meningkatnya kesadaran menjaga lingkungan terhadap adanya perubahan iklim.
Mengenai kerjasama disektor kehutanan, Emil mengakui bahwa di Finlandia sebesar 75% wilayahnya hutan sehingga ketika kerjasama teknologi bisa dilakukan akan memberikan nilai manfaat yang besar terhadap pemanfaatannya.
Kerjasama pendidikan juga turut dibahas. Emil mengungkapkan bahwa pendidikan di Finlandia dari jenjang SD SMP SMA salah satunya yang terbaik di dunia. Maka, pertukaran pelajar harus dilakukan hingga penjajakan kerjasama di bidang pendidikan pada bidang IT bisa dilakukan sejalan dengan semangat dari Kementrian Pendidikan.
Berdasarkan data dari Pusdatin Kementerian Perindustrian dan Perdagangan RI, sejak Tahun 2019–2023, neraca perdagangan Jawa Timur dengan Finlandia menunjukkan kondisi yang defisit. Pada tahun 2023, ekspor Jawa Timur ke Finlandia sebesar US $ 4,58 juta dan nilai impor Jawa Timur dari Finlandia sebesar US $ 16,04 juta.
Beberapa komoditi ekspor non migas Jawa Timur ke Finlandia antara lain; Kakao/coklat; Kendaraan dan Bagiannya; Kapas; Bahan kimia organik; Kain perca; Mesin-mesin/Pesawat Mekanik; Perangkat musik; Perabot, penerangan rumah; Kapas gumpalan, Tali; Berbagai Makanan Olahan.
Sedangkan untuk komoditi impor Jawa Timur dari Finlandia antara lain; Mesin-mesin/Pesawat Mekanik; Tembaga; Kertas/Karton; Mesin/peralatan listrik; Perkakas, Perangkat Potong; Benda-benda dari Besi dan Baja; Perekat, Enzim; Kendaraan dan Bagiannya; Bubur kayu/Pulp; Perangkat optik.
Dari sisi investasi, Finlandia berada di urutan ke-50 dengan nilai investasi sebesar USD $ 0,05 juta. Terdapat 2 perusahaan dari Finlandia di Jawa Timur yang bergerak di bidang industri kimia dan farmasi serta perdagangan dan reparasi.
Sementara itu Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Timor Leste dan Asean Mr. Pekka Kaihilahti merasa sangat optimis untuk meningkatkan kerjasama antara Finlandia dan Jawa Timur. Beberapa sektor yang menjadi prioritas dalam pertemuan kali ini diantaranya adalah manufaktur, Teknologi Hijau, Kehutanan dan Pendidikan.
Dubes Pekka Kaihilahti menyebut bahwa Jatim sebagai daerah berbasis manufaktur yang sangat menjanjikan. Beberapa pabrik kami yang berbasis pertambangan sudah ada di Jawa Timur. Harapannya ke depan bisa merambah ke Teknologi manufaktur hingga Smart City.
Sedangkan kaitannya dengan kerjasama di bidang pendidikan, dirinya mengaku telah menjalin kerjasama dengan universitas di Jatim yaitu ITS dan Unair. Kerjasama di level Perguruan Tinggi disebutnya telah lama berjalan, dan salah satu potensi yang diharapkan bisa dimulai adalah pengembangan pendidikan vokasi, khususnya Sharing ilmu dari Finlandia yang dirasa lebih matang.
“Pendidikan Vokasi juga menjadi salah satu kelebihan kami, selain pendidikan dasar dan menengah. Dalam prakteknya, guru, murid dan supervisor dunia kerja bersinggungan langsung dalam proses belajar mengajar, yang kami harapkan juga bisa diterapkan di Indonesia,” tutupnya. (ac)