Memperingati Hari AIDS 2023, Surveyor LAFKI Bahas AIDS di seminar KPA Gresik

28 views
Memperingati Hari AIDS 2023, Surveyor LAFKI Bahas AIDS di seminar KPA Gresik
Memperingati Hari AIDS 2023, Surveyor LAFKI Bahas AIDS di seminar KPA Gresik

hariansurabaya.com | GRESIK – HIV/AIDS merupakan salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan masyarakat modern. Menurut Nara Sumber utama , Kolonel Laut (K) Dr.dr Hisnindarsyah SpKL Subsp.KT(K), SE M.Kes MH C.FEM., FISQua., FRSPH, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi lanjutan yang terjadi ketika virus telah menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan tapi juga berdampak sosial dan ekonomi yang luas.

Hal ini disampaikan pada Seminar emperingati Hari AIDS Dunia 2023 yang diadakan oleh KPA Gresik berthema : Dengan iman dan taqwa , kita eliminasi HIV/ AIDS , dibuka oleh Wakil Bupati Gresik Dra Hj. Aminatun Habiba Msi di Aula RS Ibnu Sina Gresik (12/12/2023).

Sebagai surveyor akreditasi LAFKI, pemahaman komprehensif tentang HIV/AIDS sangat penting. Akreditasi dan penilaian kualitas layanan kesehatan harus mencakup pemahaman tentang bagaimana institusi menangani isu HIV/AIDS, dari pencegahan, pendidikan, hingga perawatan dan dukungan sosial.

HIV ditularkan melalui cairan tubuh, seperti darah, semen, cairan vagina, dan air susu ibu. Pencegahan penularan HIV melibatkan edukasi tentang seks aman, penggunaan jarum suntik yang steril, dan penanganan darah dan produk darah dengan hati-hati. Sebagai surveyor, penting untuk mengevaluasi sejauh mana institusi kesehatan mengedukasi masyarakat dan pasiennya tentang cara-cara pencegahan ini.

Dalam hal perawatan, terapi antiretroviral telah menjadi standar dalam mengelola HIV/AIDS, memperlambat perkembangan penyakit. Di sisi lain, dukungan psikososial juga penting untuk memastikan kualitas hidup pasien. Sebagai surveyor, evaluasi terhadap ketersediaan dan aksesibilitas perawatan ini menjadi kunci.

Menurut Dr. Anthony Fauci, seorang ahli terkemuka dalam penelitian HIV/AIDS, kemajuan dalam pengobatan telah mengubah HIV dari vonis kematian menjadi kondisi kronis yang dapat dikelola. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam menjangkau populasi yang kurang mampu dan terpinggirkan.

Stigma dan diskriminasi terhadap individu dengan HIV/AIDS merupakan hambatan besar dalam pencegahan dan pengobatan. Sebagai surveyor LAFKI, penting untuk mengevaluasi bagaimana institusi kesehatan menyediakan lingkungan yang bebas stigma, mempromosikan pendekatan yang berempati dan mengedepankan hak asasi manusia.

Pentingnya integrasi layanan HIV/AIDS dengan layanan kesehatan umum. Pendekatan ini tidak hanya efektif dalam mengelola HIV/AIDS tetapi juga meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan holistik, termasuk kesehatan mental dan dukungan sosial.

Menurut Profesor Peter Piot, penemu virus Ebola dan pakar HIV/AIDS, tantangan global terbesar adalah mengintegrasikan inovasi dalam pengobatan dan pencegahan ke dalam sistem kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan.

Bagian selanjutnya akan mencakup pemikiran filsafat dan perumpamaan, serta saran dan refleksi untuk masa depan berdasarkan analisis ini.

Mengadopsi pandangan filsuf Yunani, Hippocrates, kesehatan dilihat sebagai keselarasan antara tubuh, pikiran, dan lingkungan. Dalam konteks HIV/AIDS, ini berarti memahami penyakit ini tidak hanya dari aspek medis, tetapi juga psikososial dan lingkungan. Sebagai surveyor LAFKI, pendekatan holistik ini penting untuk memastikan bahwa layanan kesehatan merespons kebutuhan komprehensif pasien.

Seperti lentera yang menerangi jalan di malam hari, edukasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS berperan menerangi stigma dan ketakutan yang mengelilingi penyakit ini. Setiap langkah pengetahuan adalah langkah menuju penerimaan dan pemahaman yang lebih baik.

Kita perlu membangun sistem kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan, dimana setiap individu, tanpa memandang status HIV mereka, mendapatkan akses yang sama terhadap perawatan kesehatan. Refleksi ini mengundang kita untuk berpikir tidak hanya tentang bagaimana kita merawat penyakit, tetapi bagaimana kita merawat satu sama lain sebagai bagian dari masyarakat.( ACH/HSD/LAFKI)