Belajar Topografi, Dosen ITS Kembangkan Top-AR

197 views

SURABAYA – Media pembelajaran topografi di Indonesia yang hingga kini masih ditunjang oleh perangkat dua dimensi, menyebabkan para pelajar hanya dapat mempelajarinya secara imajiner. Melihat hal ini, dosen Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Agung Budi Cahyono ST MSc, mencoba mengembangkan Topography Augmented Reality (Top-AR) di Indonesia.

Topografi merupakan suatu studi terperinci mengenai bentuk dan fitur permukaan bumi. Top-AR sendiri merupakan sebuah sistem yang memperlihatkan degradasi warna sebagai representasi perbedaan ketinggian, bentuk, kerapatan garis kontur, serta simulasi gerakan air di muka bumi.

“Produk ini ideal untuk digunakan sebagai alat pembelajaran langsung tentang ilmu kebumian,” ungkap Agung sambil menunjukkan karyanya.

Ia menjelaskan, sistem ini terdiri dari empat komponen yakni komputer, sensor, proyektor, dan media pasir. Top-AR ini bekerja dengan cara memindai pergerakan pasir melalui sensor, kemudian mentransfer hasil pindaian tersebut ke komputer. Komputer akan memilah ketinggian permukaan pasir. Hasilnya adalah bentuk visualisasi warna dan garis kontur yang nantinya akan divisualisasikan ke pasir melalui proyektor.

“Sistem ini memungkinkan pengguna dapat membuat model permukaan topografi secara riil,” katanya.

Top-AR ini merupakan prototype yang pembuatannya kali pertama dilakukan di University of California Davis, Amerika Serikat dengan nama Arsandbox. Berdasarkan website pembuat Arsandbox tersebut, hanya terdapat satu pendaftar pengembangan Top-AR di Indonesia. Dan itu dikembangkan di Surabaya, tepatnya di ITS ini.

“Prototype ini sudah pernah dipamerkan di beberapa acara yang dihelat oleh Departemen Teknik Geomatika ITS, sejumlah seminar internasional geospasial, bahkan hingga telah dipesan oleh museum PT Timah Indonesia di Pangkal Pinang,” ungkapnya.

Agung pun berharap, Top-AR ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada pelajar dan masyarakat Indonesia dalam meningkatkan pemahaman mengenai permukaan bumi.

“Kami masih akan terus mengembangkan sistem tersebut bersama timnya. Ini masih versi 1.0, ke depannya akan diperbaiki dengan beberapa hal agar tingkat akurasi serta visualisasinya menjadi lebih baik,” tutup lulusan Universite de La Rochelle, Prancis. (indra)