SURABAYA – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu momok yang sangat menakutkan karena kerap memakan korban jiwa. Terlebih saat ini memasuki musim penghujan dimana genangan-genangan air yang tersisa pasca hujan sangat memungkinkan bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti, sang penyebar virus.
Tak sedikit, penderita yang meninggal dunia akibat gigitan nyamuk ini. Kebanyakan dari mereka tak berhasil diselamatkan karena kehilangan cairan tubuh, terlambat mengatasi demam tinggi, gangguan metabolisme atau kurangnya asupan gizi yang cukup yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh. Banyaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mewabah sejumlah daerah di Indonesia pada awal 2019. Hingga 22 Januari 2019 lalu, tercatat 34 warga di Sukabumi terkena DBD hingga menewaskan satu orang. Sejak Desember 2018 jumlahnya pun terus meningkat.
Dinas Kesehatan Jawa Timur, memaparkan hingga minggu ketiga bulan Januari lalu terdapat setidaknya 1.634 kasus DBD yang tersebar di penjuru daerah Jawa Timur dan 32 kasus dilaporkan meninggal. Dan untuk data per 23 Januari 2019, DKI mencatat terdapat 370 kasus DBD. Kemenkes merilis, bahwa wabah DBD ini merupakan kategori KLB (Kejadian Luar Biasa) di empat wilayah yaitu Kabupaten Kapuas, Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado, dan Kabupaten Manggarai Barat.
Gejala demam berdarah biasanya ditandai dengan demam tinggi lebih dari tiga hari, nyeri otot dan persendian, terdapat bintik/ruam merah pada kulit, mual dan muntah serta kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati, kadang terjadi pendarahan dan syok yang seringkali berujung pada kematian.
Untuk memastikan seseorang terkena demam berdarah, perlu dilakukan cek laboratorium pemeriksaan darah yaitu adanya penurunan trombosit dengan nilai trombosit rendah (kurang dari 100.000/ml darah). Ketika trombosit menurun secara drastis, pembuluh darah penderita akan pecah dan mengalami perdarahan. Jika fase ini tidak terlewati, kemungkinan besar pasien DBD tidak dapat diselamatkan.
Saat mengalami gejala DBD, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu minum air putih sebanyak-banyaknya, kompres dengan air hangat, berikan obat penurun panas (paracetamol) dan segera bawa ke rumah sakit terdekat (puskesmas).
Saat mengalami gejala DBD, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu minum air putih sebanyak-banyaknya, kompres dengan air hangat, berikan obat penurun panas (paracetamol) dan segera bawa ke rumah sakit terdekat (puskesmas).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim Peneliti dari Penyakit Bagian Dalam RS Karya Bakti Bogor bekerja sama dengan Peneliti dari Departemen Ilmu Gizi IPB pada tahun 2009 silam, ekstrak Chlorella Growth Factor (CGF) dari Chlorella pyrenoidosa, yang terkandung dalam Wakasa Gold dan W Sun Wakasa terbukti bekerja secara intensif meningkatkan perkembangan trombosit karena mengandung komponen gizi yang lengkap.
CGF ini secara alami mampu mengoptimalkan pertumbuhan sel, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta mempercepat penyembuhan luka. Dari hasil pengujian klinis secara langsung terhadap penderita DBD di Bogor,yakni ganggang hijau air tawar yang membantu dalam proses regenerasi sel dan membantu mempercepat masa penyembuhan (recovery) khususnya dalam meningkatkan jumlah trombosit.
Head of Product Marketing PT CNI, Lingke Tirta Kencana mengatakan, jika ada diantara kita sudah dinyatakan positif menderita penyakit DBD melalui pemeriksaan laboratorium, maka disarankan untuk secepatnya mengonsumsi Wakasa Gold atau W Sun Wakasa. “Konsumsilah 30ml Wakasa Gold atau W Sun Wakasa dua kali dalam sehari untuk mempercepat proses penyembuhan,” ujarnya.
Lebih lanjut Lingke menjelaskan nyamuk Aedes aegypti hanya menggigit pada jam-jam tertentu sekitar pukul 06.00 – 09.00 dan 15.00 – 17.00. Ketika imunitas tubuh sedang tidak baik, akan mudah tertular virus yang dibawa nyamuk tersebut.
“Usahakan untuk tidak tidur pada jam-jam tersebut. Jika Anda memang harus tidur, gunakan kelambu atau anti nyamuk agar nyamuk tak menggigit Anda. Selain itu menjaga kebersihan lingkungan sekitar juga merupakan hal penting untuk mencegah perkembangan nyamuk,” tutupnya. (indra)