hariansurabaya.com | PACITAN – Pesantren Jatidiri Bangsa, sebuah pesantren kebangsaan yang terletak di tepi pantai Kijingan, Desa Widoro, Kecamatan Donorojo, Pacitan, Jawa Timur, memulai pembangunan gazebo pada awal bulan Dzulhijjah. Acara peletakan batu pertama ini dilakukan pada hari Ahad, 9 Juni 2024, dan dihadiri oleh berbagai tokoh dan masyarakat sekitar.
Slamet Yahya, salah satu anggota opshid perwakilan dari kebumen, menyampaikan bahwa gazebo yang akan dibangun ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai kegiatan para santri.
“Ini merupakan langkah awal untuk memberikan fasilitas yang lebih baik bagi para santri dalam kegiatan belajar dan kegiatan lainnya,” ujar Slamet Yahya.
Kegiatan ini dipelopori oleh Opshid (Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah) wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara tersebut juga dihadiri oleh dua orang Kholifah Shiddiqiyyah dari Jawa Tengah, yaitu Bapak Kholifah Turmudzi dari Pekalongan dan Bapak Khozinudin dari Salatiga. Beliau berdua, yang juga bertindak sebagai pembina kerohanian di organisasi Shiddiqiyyah, mengawali doa dan peletakan batu pertama secara bergantian.
Gazebo yang akan dibangun berukuran sekitar 5×6 meter. Koordinator Opshid Jawa Tengah dan DIY memandu langsung acara peletakan batu pertama ini. Antusiasme tampak dari berbagai DPD Opshid se-Jawa Tengah dan salah satu DPD opshid dari Ponorogo yang turut hadir untuk ikut serta mensukseskan acara ini.
Pesantren Jatidiri Bangsa Merajut Nusantara didirikan oleh Mursid thoriqot shiddiqiyyah Kyai Much Mukhtar Muuti. Tidak hanya di Pacitan, pesantren ini juga memiliki cabang di berbagai kota dan provinsi seluruh Indonesia, seperti di Magelang dan Pelabuhan Ratu Sukabumi. Di sana juga sudah terpampang bangunan mewah pondok pesantren Jatidiri Bangsa.
Dengan dimulainya pembangunan gazebo ini, diharapkan pesantren Jatidiri Bangsa dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang positif bagi pendidikan serta kehidupan beragama para santri. Pesantren ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, dan nasionalisme kepada para santri. (RHD)
