hariansurabaya.com | MALANG – Dalam lima tahun terakhir, transformasi digital sistem pembayaran di Indonesia berkembang pesat. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter terus menggulirkan berbagai inovasi untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang efisien, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Tema ini dikupas pada acara Capacity Building Media yang berlokasi di Alana Malang pada Jumat (18/07/25).
Sejak diterbitkannya Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, terdapat lima inisiatif utama yang diluncurkan BI :
1. QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) – diluncurkan 17 Agustus 2019.
2. BI-FAST – sistem transfer dana instan yang diluncurkan pada 2020.
3. SNAP (Standar Nasional Open API Pembayaran) – dirilis pada 2021 untuk mendorong interoperabilitas sistem keuangan digital.
4. Elektronifikasi Transaksi Pemda – program rutin untuk mendorong efisiensi belanja dan penerimaan daerah.
5. Penyempurnaan Regulasi Sistem Pembayaran (VIVO) – untuk menciptakan kepastian hukum dan efisiensi.
Dua inisiatif yang menjadi sorotan utama saat ini adalah QRIS dan fitur-fitur terbaru dari BI-FAST. Kedua program ini terbukti menjadi penggerak utama dalam percepatan digitalisasi transaksi di Indonesia.
QRIS: Solusi Pembayaran Digital yang Inklusif
QRIS menjadi tonggak penting dalam mendorong digitalisasi UMKM. Sebelum adanya QRIS, penggunaan mesin EDC (Electronic Data Capture) sangat terbatas pada pelaku usaha besar karena biaya alat dan MDR (Merchant Discount Rate) yang tinggi. QRIS memberikan solusi pembayaran digital yang jauh lebih terjangkau dan mudah diakses oleh pelaku usaha kecil dan mikro.
Hingga awal 2025, pengguna QRIS mencapai jutaan merchant, dengan 93% di antaranya merupakan pelaku UMKM. Inovasi ini terbukti efektif mengakselerasi adopsi pembayaran digital, terlebih sejak diberlakukannya kebijakan MDR 0% untuk merchant kategori UMi (Usaha Mikro) dengan transaksi di bawah Rp500.000.
BI-FAST: Transfer Dana Cepat, Murah, dan Aman
BI-FAST hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat akan sistem transfer dana antarbank yang cepat dan terjangkau. Dengan biaya maksimal hanya Rp2.500 per transaksi, sistem ini jauh lebih ekonomis dibanding biaya transfer sebelumnya.
Selain efisiensi, BI-FAST juga meningkatkan inklusi keuangan karena memungkinkan masyarakat dari berbagai segmen untuk mengakses layanan keuangan digital dengan lebih mudah. Saat ini, BI-FAST terus dikembangkan, termasuk integrasi dengan QRIS dan pengembangan fitur-fitur tambahan untuk mendukung layanan lintas batas (cross-border payment).
SNAP: Mendorong Interoperabilitas Lewat Standarisasi API
SNAP bertujuan menciptakan kesetaraan dalam ekosistem layanan pembayaran digital. Sebelumnya, masing-masing bank atau penyelenggara sistem pembayaran mengembangkan API sendiri, yang sering kali tidak kompatibel satu sama lain. Hal ini menyebabkan fragmentasi dan hambatan integrasi bagi pelaku fintech baru.
Dengan SNAP, seluruh pelaku industri menggunakan standar yang sama sehingga integrasi antar sistem menjadi lebih mudah dan efisien. SNAP kini bahkan mulai diadopsi untuk sistem pembayaran di lingkup pemerintah daerah.
Menuju Kemandirian Sistem Pembayaran Nasional dan Regional
Di tengah dinamika geopolitik global, BI juga mempersiapkan sistem pembayaran nasional untuk menghadapi kemungkinan gangguan pada sistem internasional seperti SWIFT atau jaringan kartu global. Melalui kerja sama dengan negara mitra seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan India, Indonesia mulai membangun sistem pembayaran lintas batas yang mengandalkan QRIS sebagai platform utama.
Langkah ini penting untuk menjaga kedaulatan ekonomi digital serta mendukung pertumbuhan transaksi cross-border yang kian meningkat, seiring tumbuhnya aktivitas belanja online dan mobilitas warga negara Indonesia di luar negeri.
Membangun Infrastruktur Digital Masa Depan
Dengan eksponensialnya pertumbuhan transaksi digital — dari 8 miliar transaksi pada 2019 menjadi lebih dari 37 miliar di 2024 — BI melihat perlunya penyediaan infrastruktur publik yang mampu menampung lonjakan tersebut. Salah satu upaya terbaru adalah pengembangan fitur BI-FAST Bebas yang memungkinkan transfer dalam nominal sangat kecil — bahkan hingga satu rupiah — secara cepat dan murah.
Standarisasi untuk Mencegah Fragmentasi Inovasi
BI terus mendorong standarisasi sistem pembayaran agar industri tidak kembali terfragmentasi seperti masa lalu. Dikhawatirkan, jika satu inovasi teknologi hanya digunakan oleh pelaku besar tertentu, akan terjadi dominasi pasar yang tidak sehat serta hambatan bagi pelaku usaha kecil untuk berinovasi.
Kebijakan QRIS sebagai “satu bahasa” pembayaran digital adalah upaya menjaga keterbukaan dan efisiensi ekosistem. Sembari tetap membuka ruang bagi inovasi teknologi lain (seperti biometric payment), BI tetap akan mengarahkan penggunaan standar nasional agar adopsi di masyarakat tetap luas dan merata.
Sebagai penutup, transformasi sistem pembayaran Indonesia bukan hanya tentang teknologi. Tapi juga tentang keadilan akses, efisiensi, dan kemandirian. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus menjadi fasilitator inovasi yang inklusif dan adaptif demi mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang berkelanjutan.
“Kita harus terus menyediakan alternatif alat pembayaran yang mudah, murah, dan inklusif, bukan untuk membunuh yang lama, tapi untuk membuka lebih banyak pilihan bagi masyarakat,” ujar Himawan Kusprianto selaku Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (acs)