Gapoktan Binaan BI Jatim Berhasil Ubah Bekatul Organik Jadi Minyak dan Sereal

295 views

BONDOWOSO – Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Al Barokah di Desa Lombok Kulon, Kec Wonosari, Kab Bondowoso, Jatim mulai mengembangkan diversifikasi produk padi organik. Produksinya bukan hanya beras organik putih dan merah serta hitam sebagaimana yang sudah dikenal, tapi juga minyak bekatul organik dan sereal bekatul organik.

“Sekarang kami mulai memproduksi minyak bekatul organik dan sereal bekatul organik,” kata Ketua Gapoktan Al Barokah, Mulyono dihadapan media pokja Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Jatim di Bondowoso, Kamis (23/8).

Hadir Kepala Grup BI Jatim Harmanta, Kadis Pertanian Kab Bondowoso Munandar, Pendamping Gapoktan yang juga Dosen UMM Prof. Indah Prihantini dan Deputi BI Jember M Lukman Hakim.

Ditambahkan Mulyono, Gapoktan Al Barokah adalah bagian dari klaster beras organik yang ditangani Kantor BI Perwakilan Jember bekerjasama dengan Pemkab Bondowoso. Kerja sama itu berawal pada 2008, saat Bondowoso mengalami krisis pupuk kimia.

“Saat itu harga pupuk urea tembus mencapai Rp 300 ribu per kwintal. Pemkab Bondowoso kemudian mengembangkan program organik dengan nama Bondowoso Pertanian Organik (Botanik). Semula ada 6 klaster, namun program ini tidak bertahan lama, dan tinggal 3 klaster. Pada 2010 lalu, tinggal Desa Lombok Kulon yang tetap melaksanakan program ini,” kata Muoyono.

Selanjutnya, pada 2013, Kantor BI Jember mulai turun tangan mengembangkan klaster tersebut. Deputi Kantor BI Jember, Lukman Hakim mengatakan, potensi Lombok Kulon untuk mengembangkan beras organik luar biasa.

“Sumber airnya masih murni. Saya senang karena klaster ini berkembang cepat dan sekarang memiliki luas lahan kurang lebih 150 hektare. Per hektarnya para petani bisa memproduksi 4 ton beras organi,” ungkap Lukman.

Sejak 2008 pula, H. Amin Said Husni, Bupati Bondowoso membuat program SLPPO (Sekolah Lapang Pengelolaan Pertanian Organik). Memang tidak mudah dan perlu perjuangan keras terbukti pada awal pembentukan, ada 6 Cluster sebagai wilayah uji coba pertanian Organik. Pada 2009 mengerucut menjadi 3 cluster dan 2010 hanya lombok kulon yang masih bertahan, tambah Mulyono lagi.

Pada 23 maret 2018, lahan organik di Desa Lombok Kulon sudah mendapat sertfikat Internasional dari CU (Control Union). Karena itu semua hasil dari lahan Desa Lombok Kulon siap untuk di ekspor. Dan yang sudah ada pembicaraan adalah Belgia dan Hungaria.

Keberhasilan dari Mulyono bersama Gapoktan Al Barokah yang saat ini berjumlah 427 anggota tidak lepas dari peran Pemkab Bondowoso dan BI Jatim sebagai pembina.

Dari pihak pemerintah, Munandar menjelaskan, pihaknya tidak ada habisnya membina kelompok tani Al Barokah, termasuk tempat yang digunakan sekarang yang di fasilitasi dari anggaran APBD Kab Bondowoso. “Kelompok tani Al Barokah sudah menjadi mandiri di 2019 mendatang, sehingga pihaknya bersama PPL hanya tinggal melakukan pembinaan saja,” ujarnya.

Sedangkan Hermanta menambahkan, selain di Bondowoso, ada juga klaster binaan BI di Malang dan Kediri. “Nanti kami koneksikan menjadi kekuatan besar, sehingga bisa menembus pasar ekspor untuk mengatasi current account deficit dan membantu nilai tukar rupiah kita,” kata Hermanta.

Diungkapkan, pihaknya membantu petani tujuannya tak lain untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. “Kelompok tani tidak menjual produk berupa bahan mentah, tapi diolah. Kita bicara off farm,” kata Hermanta.

Kalau dulu, lanjutnya, beras dijual hanya dalam bentuk gabah, sekarang diproses jadi beras sekalian dengan packagingnya dan brandingnya. “Dengan strategi off farm mulai dari penggilingan, harapannya dengan branding kuat, marketing juga kuat,” pungkasnya. (try)