hariansurabaya.com | Surabaya – Pemprov Jatim Dorong Learning Center di Tingkat RW
Melakukan komunikasi secara daring menjadi kebiasaan baru di tengah pandemik COVID-19. Hal ini juga turut mengubah wajah pendidikan utamanya dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan Pemprov Jatim sangat intens untuk memastikan komunikasi daring dapat berjalan dengan baik. Termasuk ketika digunakan dalam proses belajar mengajar.
“Konsep banwidth per student bisa diterapkan dalam menjaga keberlangsungan pembelajaran jarak jauh, artinya setiap siswa mendapat kuota yang sama dan itu hanya dipakai untuk belajar saja, sehingga proses pembalajaran tak terganggu gara-gara jaringan lemot. Jadi ini menjadi pilihan yang baik,” ungkap Emil di Surabaya, pada Senin (20/7/2020).
Dia kemudian mengusulkan jika dibentuk Learning center di tingkat RW. Learning center ini nantinya bisa membatu para siswa yang kesulitan untuk mengakses teknologi.
“Sebagai alternatif kita berfikir butuh Learning Center ditingkat RW, sehingga bagi yang tidak memiliki gadget dapat memanfaatkan akses teknologi dan internet,” jelas Emil Dardak.
Contohnya, ketika banyak siswa di Bagong Tambangan – Surabaya yang pergi ke warung kopi untuk mendapatkan jaringan internet guna mengikuti pembelajaran. Jika ada learning center di tingkat RW siswa tak perlu pergi ke warung kopi hanya untuk mendapatkan internet.
Bahkan, Emil telah melakukan koordinasi dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) soal pembelajaran jarak jauh. Menurutnya, pembelajaran jarak jauh jangan sampai memberatkan siswa dan guru. Baik untuk kebutuhan akses internet maupun durasi belajar.
“Pembelajaran jarak jauh jangan sampai membuat siswa dan guru terbebani baik kebutuhan akses internet dan durasi belajar,” jelas Emil.
Untuk menghemat kuota, Emil menyarankan untuk melakukan pre recording. Hal ini dinilai lebih baik karena kualitas audio visualnya lebih baik.
“Apalagi itu dibuat oleh sekolah sendiri,” ujarnya.
Learning material, kata Emil, dapat dibangun secara terpusat dan guru harus berkomunikasi dengan siswa secara intens. Materi bisa dibuat lebih spesifik.
“Learning material dapat didevelopment secara terpusat dan guru harus melakukan komunikasi secara intens dengan siswa, materi dibuat lebih spesifik, jangan paksakan siswa memahami semua materi,” ucapnya.
Sementara itu, Ketum PGRI, Unifah Rosyidi, menjelaskan dalam pembelajaran jarak jauh guru bertindak sebagai afirmator bukan sebagai pengajar. Agar proses tranfer ilmu dapat terjadi dengan baik. Jadi, bukan keluasan materi yang dikejar kedalaman materi jadi poin penting.
“Lanskape pendidikan yang baru utamanya dalam proses belajar-mengajar, akan kita hadapi bersama, kita sedang menyiapakn untuk Jawa timur, untuk meningkatkan teacher enggagement dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh,” katanya. (ist)