Beberapa Siswa dan Wali Murid Terjebak Lift di Grand Empire Palace

66 views
Beberapa Siswa dan Wali Murid Terjebak Lift di Grand Empire Palace (foto : ist)
Beberapa Siswa dan Wali Murid Terjebak Lift di Grand Empire Palace (foto : ist)

hariansurabaya.com | SURABAYA – Sebanyak 49 orang, terdiri dari siswa-siswi dan wali murid MTS Alif Laam Miim, terjebak di dalam lift gedung Grand Empire Palace, Jl. Blauran No.57-75, Surabaya, pagi tadi, Sabtu, 22 Juni 2024, sekitar pukul 08.15 wib.

Menurut informasi kepolisian, insiden tersebut berawal saat rombongan yang hendak mengikuti gladi bersih wisuda di lantai 10, naik dari lantai 1 dan ketika itu lift mengalami masalah teknis di lantai 2.

Dihubungi pihak gedung, petugas dari BPBD, DPKP, PMI, dan Polsek Genteng tiba di lokasi dan segera melakukan evakuasi dengan menjebol plafon lift.

Dari 49 orang yang terjebak, dua anak mengalami syok dan mual. Jundi (15) dan Amiratun (14), keduanya dari MTS Alif Laam Miim, mendapat penanganan awal dari PMI dan menolak untuk dirujuk ke rumah sakit.

Prihatin mendengar peristiwa tersebut, Menurut Wakil Ketua DPRD Surabaya, AH Thony menyatakan, insiden ini bukan yang pertama kali terjadi di Empire Palace.

“Kami menduga manajemen teknik dan perawatan fasilitas gedung tidak sedang berjalan baik-baik saja,” ujar Thony, (22/6)

Dugaan ini, masih katanya, juga bisa dibaca dari laporan karyawan Empire Palace beberapa waktu yang mengalami kecelakaan kerja kejatuhan kaca karena malteknis.

“Insiden sekarang kita masih bersyukur bisa dikatakan masih blai slamet (musibah yg tidak merenggut nyawa), tapi jiwa ketakutan dan traumanya,” tutur Thony.

Diluaran, Thony juga banyak dengar cerita bahwa empire palace ini angker. Banyak gendruwo yang menakutkan dll.

“Sebetulnya yang menakutkan bukan gendruwo itu, tapi salah satunya ya karena sering dan banyaknya pihak yang bercerita ketakutan di Empire Palace karena terjebak lift di bangunan yang sangat estetik ini, dan implikasinya image keamanannya anjlog,” jelasnya.

Agar masalah ini bisa segera diatasi, Pimpinan DPRD Suraabaya ini mendorong komisi dewan atau bawas di disnaker untuk melihat, apakah perawatan dan pengawasan internal maupun oleh bawas disnaker sudah berjalan.

“Saya kawatir sudah lama tidak ada perawatan dan pengawasan,” katanya.

Agar tidak terulang, Thony minta pemerintah kota menghentikan operasionalnya sementara, selanjutnya dilakukan audit teknis, dan langkah-langkah pembenahan atau bahkan pembaharuannya.

“Jangan sampai ada insident lanjutan yang mengancam jiwa pengguna lainnya, setelah semua oke baru diperbolehkan operasi kembali,” tukas AH Thony.(pik)