hariansurabaya.com | SURABAYA – Surabaya Fashion Parade (SFP) 2025 resmi menutup rangkaian acara semalam setelah tiga hari berturut-turut menggebrak panggung fashion di Convention Hall Tunjungan Plaza 3 Surabaya.
Mengusung tema besar “Reebillion”, hari terakhir SFP tidak hanya mempertegas semangat para desainer, tetapi juga menjadi arena bagi regenerasi pelaku mode melalui Urban Show dan Final Surabaya Model Search.
Pendiri SFP, Dian Apriliana Dewi, tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya melihat perjalanan panjang yang kini memasuki hampir dua dekade. Sebagai penyelenggaraan tahun ke-18, SFP kembali menegaskan posisinya sebagai panggung mode paling progresif di Jawa Timur. Dimana tempat karya, karakter, dan eksperimen berpadu menjadi satu perayaan urban fashion.
Dian mengungkapkan bawa SFP 2025 adalah simbol perlawanan terhadap stagnasi. Desainer muda membawa napas baru, berani bermain dengan material tak terduga, dan membuktikan bahwa fashion itu harus jujur pada karakternya sekaligus bertanggung jawab.
“Event ini tidak akan eksis tanpa dukungan para desainer, Indonesian Fashion Chamber (IFC) Surabaya, Tunjungan Plaza, serta sponsor yang setia berkolaborasi.” papar Dian.
Tapi dia juga melihat bahwa kreativitas para desainer Surabaya, termasuk dari luar daerah seperti Probolinggo dan Banyuwangi telah menunjukkan kualitas luar biasa lebih dari apa yang pernah dibayangkan sebelumnya.
Elemen panggung dirancang menyatu dan saling menguatkan. Mulai dari sound system, multimedia garapan DRM, koreografi model yang disesuaikan dengan alur runway dan pencahayaan. Tampilan yang dramatis untuk menghadirkan pertunjukan yang lebih hidup serta berani. Sungguh perpaduan yang sangat apik dan menarik.
Hari terakhir SFP 2025 bukan hanya sekadar menutup sebuah rangkaian acara. Tetapi menjadi puncak dari panggung fashion yang memberi pesan bahwa mode adalah ruang cerita, ekspresi, karakter dan keberanian bisa diwujudkan tanpa batas. (acs)















