hariansurabaya.com | SURABAYA – Euforia perayaan Dies Natalis ke-63 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kian membara. Kali ini, ITS menghadirkan festival kuliner yang dibalut dengan parade budaya tradisional Indonesia bertajuk Pasar Juang 10 Nopember. Helatan ini digelar di Taman Alumni ITS, Sabtu (4/11).
Dimulai sejak sore hari, gelaran utama perayaan hari jadi ke-63 ITS ini dibuka dengan parade kesenian khas Jawa Timur, Reog Ponorogo. Perayaan dilanjutkan dengan penampilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa dan juga sivitas akademika ITS lainnya. Antusiasme pengunjung semakin menambah semarak helatan ini.
Selain Reog Ponorogo, helatan ini dimeriahkan pula dengan sajian apik kesenian tradisional Ludruk. Penampilan spektakuler sekaligus puncak acara ini merupakan persembahan dari komedian dan grup Ludruk senior yang diisi oleh Cak Lontong, Cak Kartolo, dan Ludruk Tjap Tugu Pahlawan. Sebagai penutup, acara diakhiri dengan merdunya alunan musik Campursari.
Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng mengungkapkan, Pasar Juang hadir sebagai bentuk kepedulian ITS dalam menjaga budaya tradisional Indonesia yang semakin terlupakan. Kegiatan ini juga menjadi langkah nyata ITS untuk memelihara kreativitas mahasiswanya. “Khususnya pada seni tradisional yang dekat dengan rakyat,” ujarnya.
Guru Besar Teknik Elektro ITS ini juga mengatakan, gelaran ini menjadi ajang ITS untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Langkah ini menjadi perwujudan nyata ITS untuk meluaskan kebermanfaatannya bagi masyarakat. “Dengan ramainya penonton, terbukti mewujudkan tujuan baik tersebut,” tuturnya.
Ketua Pelaksana Pasar Juang, Ahmed Beryl Bayanaka mengatakan bahwa helatan ini begitu kental dengan suasana tradisional. Suasana ini tergambar melalui ragam jenis makanan yang dijual hingga penampilan yang disajikan. Tak hanya itu, lelaki yang kerap disapa Bil ini menjelaskan, pada helatan ini disediakan pula layar tancap yang membawa para pengunjung kembali merasakan nuansa tradisional masa lalu.
Bil berharap ke depannya Pasar Juang ini dapat menjadi ikon utama Dies Natalis ITS. Kegiatan ini merupakan wadah yang tepat untuk membakar semangat perjuangan mahasiswa untuk melestarikan budaya tradisional Indonesia. “Serta, acara bertajuk hiburan rakyat seperti ini dapat menjadi sarana ITS untuk lebih dikenal dan dekat dengan masyarakat luas,” pungkasnya.(ac)