
hariansurabaya.com | JOGJAKARTA – Untuk yang kesekian kalinya, Bank Indonesia Jawa Timur (BI Jatim) menggelar gathering bersama para awak media. Kali ini mengambil tema Capacity Building & Media Gathering yang diselenggarakan pada Jumat (26/7/24) di Hotel Alana, Pagalan – Sleman, Jogjakarta. Sekitar 70 media se-Jatim terlibat di kegiatan ini. Acara tersebut digelar selama 3 hari, mulai Jumat sampai Minggu (28/7/24).
Pada acara tersebut, Nugroho Joko Prastowo selaku Direktur Departemen Kebijakan Makro Prudensial Bank Indonesia menyampaikan paparannya tentang kebijakan makro prudensial terbaru. Antara lain bahwa kebijakan ini bukan hanya berfokus pada pusat, tetapi juga dirancang untuk memberikan dampak positif yang signifikan di berbagai daerah di Indonesia.
“Meski kebijakan ini diluncurkan dari kantor pusat di Jakarta, implementasinya memiliki efek yang jauh lebih luas. Dan meski kantor pusat kebijakan berada di Jakarta, banyak proyek penting dan penyaluran kredit dilakukan di daerah-daerah.” jelasnya.
Contohnya, proyek-proyek di sektor pertambangan dan hilirisasi yang tersebar di berbagai wilayah, seperti pengembangan nikel di Sulawesi dan hilirisasi pangan sawit di Sumatra, mendapatkan insentif dari kebijakan ini.
Nugroho menambahkan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memotivasi bank-bank di Jakarta agar lebih aktif dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang berpotensi mendapat insentif.
“Dampak dari insentif ini tidak hanya dirasakan di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah yang menjadi lokasi proyek,” ungkap Nugroho.
Ia meyakini, bahwa motivasi tambahan ini akan mengakselerasi investasi di sektor-sektor kunci yang membutuhkan dukungan finansial.
Tak hanya itu, pihaknya juga menyoroti hilirisasi di Jawa Timur yang juga memperoleh manfaat dari kebijakan ini.
“Salah satu contohnya adalah smelter di Gresik mendapatkan insentif dari kebijakan ini, yang tentunya akan memacu kegiatan hilirisasi di Jawa Timur. Hal ini diharapkan dapat mendorong perkembangan industri lokal dan memberikan dampak positif pada perekonomian regional,” tambah Nugroho.
Nugroho menegaskan bahwa kebijakan makro prudensial ini dirancang untuk menciptakan efek rembesan yang positif. Manfaat dari kebijakan ini akan dirasakan tidak hanya oleh bank-bank yang mendapatkan insentif, tetapi juga oleh masyarakat dan ekonomi di daerah-daerah tersebut.
“Saya berharap dengan kebijakan ini dapat mengoptimalkan potensi daerah dan mendorong pengembangan sektor-sektor strategis yang berkontribusi pada kemajuan ekonomi nasional. Selain itu, dengan kebijakan makro prudensial tidak hanya mempengaruhi perekonomian di pusat tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi daerah. Bisa menciptakan peluang baru, dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.” pungkas Nugroho.
Untuk diketahui, kegiatan Capacity Building dan Media Gathering ini bertujuan agar media bisa memberikan wawasan lebih dalam mengenai kebijakan makro prudensial dan bagaimana kebijakan tersebut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh Indonesia.
Juga memahami indikator ekonomi, kebijakan-kebijakan dari Bank Indonesia dan selanjutnya disampaikan ke masyarakat. Sehingga sinergi kolaborasi ini saling memahami seluruh otoritas. Tentu akan berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (ac)