hariansurabaya.com | SURABAYA – Berkompetisi di tingkat internasional, tim mahasiswa Civil Engineering perwakilan Petra Christian University (PCU) berhasil meraih Silver Award di Nanyang Technological University (NTU), Singapura dalam acara bernama International Bridge Design Competition (BDC) pada 12-13 April 2025 lalu.
Kompetisi ini merupakan sebuah kompetisi bergengsi yang berfokus pada inovasi dan
keunggulan dalam desain struktur jembatan yang menguji kemampuan para mahasiswa
teknik sipil. Setiap tim diminta membuat jembatan dari kayu balsa dan kayu bass
berdasarkan studi kasus Sungai Manggis Quirk.
Tim yang bernama Civil @PCU ini terdiri dari Cornelius Jefferson Tjahjono, Timothy
Christian Sayogo, dan Winston Tankoma berhasil mengungguli 172 tim dari universitas
terkemuka dunia yang datang dari berbagai negara. Antara lain dari Singapura, Malaysia,
Vietnam, dan Filipina. Ini tentu saja membuktikan potensi para mahasiswa PCU di kancah
internasional.
Ditanya mengenai perasaannya saat diumumkan menjadi juara, Winston mewakili
timnya menjawab, “Sangat senang dan tidak menduga”. Mengingat, tim yang
dipertemukan saat kampus itu harus bersaing dengan universitas-universitas kelas dunia.
Meski begitu, mereka percaya bahwa usaha dalam memberi yang terbaik akan berbalas
hasil yang baik pula.
Berbagai kesulitan telah dialami sejak awal. Salah satunya, studi kasus yang baru
diumumkan saat hari-H lomba. Dalam waktu enam jam saja, ketiga mahasiswa angkatan
2021 ini harus merancang jembatan, membuat video presentasi, hingga memaparkan
solusi teknis dalam bahasa Inggris pada dewan juri dari perusahaan-perusahaan
engineering ternama.
Berkat ketelatenan dan perhitungan yang rumit, “Basic Legendary Truss Bridge”
akhirnya telah berhasil dirancang dalam kompetisi yang dilakukan di universitas terbesar
di Singapura itu. Mereka menggabungkan tipe rangka batang Howe dan Pratt dalam
membuatnya sehingga mampu menahan gaya dalam, baik tekan maupun tarik.
“Kami ingin menampilkan desain yang sederhana, tapi efektif dan kuat,” jelas Timothy.
Terbukti saat penjurian, jembatan yang ringan dan ekonomis tersebut mampu menahan
beban sebesar 224.51 Newton atau sekitar 22.9 kilogram dengan berat jembatan hanya
14.94 gram saja.
Penilaian meliputi banyak hal mulai dari penggunaan bahan (aspek ekonomi), estetika
hingga load testing (pengujian pembebanan). Kesemuanya memiliki bobot hingga 80
persen.
Kemenangan tak terbentuk secara instan, persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari.
Cornelius dan Winston berdiskusi terlebih dahulu dengan Ruben Adicahya, S.T., M.T.
selaku dosen pembimbing mengenai desain dasar jembatan yang akan digunakan. “Kami
juga membagi job description dan latihan agar saat lomba dapat saling melengkapi,”
tambah Cornelius.
Hasilnya, mereka dapat mencuri perhatian sebagai “kuda hitam” di antara tim-tim
berpengalaman di sana. Lewat pencapaian ini, tiga mahasiswa yang baru pertama kali
mengikuti perlombaan internasional di bangku perkuliahan tersebut berharap kisah
mereka bisa menginspirasi angkatan-angkatan muda untuk berprestasi.(acs)
Keterangan foto : Ka-ki Cornelius, Timothy, Winston menunjukkan piagamnya (ist)