Bentuk Personal Branding Anda Sekarang, Jangan Sampai Mati Gaya

61 views
PHMI
Mini talkshow Personal Branding (foto : ist)

Surabaya, hariansurabaya.com – Personal branding sangat dibutuhkan terutama seseorang yang membutuhkan strategi untuk membentuk citra dirinya di depan publik. Ternyata personal branding tidak hanya dibutuhkan seorang tokoh ataupun public figure. Setiap orang juga butuh mempunyai personal branding. Namun ada proses dalam membentuk personal branding tersebut. Setiap orang harus segera menemukannya agar mendukung tujuan yang diinginkan.

Bagaimana tips membentuk personal branding itu, kemarin dikupas secara tuntas dan lugas oleh 2 narasumber yang mumpuni di bidangnya dalam mini talkshow yang bertempat di hotel ibisStyle Jemursari dengan mengambil tema Learn from Experience. Acara yang digagas oleh Perkumpulan Hotel dan Media Indonesia (PHMI) menghadiran 2 GM Hotel di Surabaya yaitu Ricky Coen Arifin GM Ibis Styles Jermursari dan Firman S Permana GM dari Surabaya Suites Hotel.

Kedua narasumber tersebut dianggap sukses membentuk personal branding dengan kekuatan pengalaman mereka secara personal. Dipandu Marketing Communication Harris-POP! Hotels & Conventions Gubeng Surabaya Setiawan Nanang, acara berjalan cukup gayeng, sersan alias serius tapi santai. Peserta yang hadirpun menyimak secaras seksama selama kedua GM tersebut sharing tips dalam membangun sebuah personal branding.

Oppa Iwan – panggilan akrab moderator, sangat piawai dalam mengulik materi. Sehingga kedua nara sumber  bisa total buka-bukaan membeberkan dari mulai latar belakang mereka meniti karir hingga bisa meraih tempatnya yang sekarang. Bahkan terselip beberapa rahasia yang selama ini tidak pernah diungkap di publik. Sehingga acara menjadi semakin seru dan penuh gelak tawa.

Dari Mini talkshow yang digelar di lantai 11 Ibis Styles Jemursari itu, narasumber juga menyampaikan bahwa personal branding itu harus dibangun dari hal-hal kecil. Seperti Ricky yang mencapai kariernya sekarang dengan banyak lompatan di beberapa tempat. Bahkan dia mengibaratkan apa yang dia raih sekarang itu juga karena dia memulainya dari bawah. Bahkan juga menjalani training di bagian dapur dan bar di Swiss.

”Mulai dari mencuci piring pun saya jalani,” katanya.

Tak berbeda dengan Ricky, Firman juga memulai dari bawah. Masuk ke dunia hospitality pada 1994 sebagai server di Hard Rock Cafe Bali, posisinya sekarang merupakan bagian dari banyak pekerjaan yang ia jalani.

”Sangat panjang ceritanya. Tapi sama dengan Pak Ricky, tidak ada yang tiba-tiba,” katanya.

Semua perjalanan itu menurut keduanya adalah yang mengantar mereka bisa dikenal dengan personal branding yang kuat. Maka bagi yang ingin memperolehnya untuk kepentingan karier, hal itu sesungguhnya harus ditata oleh setiap orang.

”Harus bertahap, tidak bisa langsung dapat. Apalagi banyak aspek yang harus diasah seperti pengalaman dan pengetahuan yang mendukung dirinya sendiri menjadi punya nilai. ”Saya lebih percaya personal branding ditata dengan seiring waktu. Kapan Anda tahu apakah sudah punya itu atau belum,” tegas ayah tiga anak itu.

Karena itu percepatan mendapatkan personal branding yang diinginkan sangat tergantung bagaimana upaya seorang dalam menyiapkan dirinya untuk segera tampil dengan citra diri yang semacam apa agar ia dikenal orang lain.

PHMI
Suasana minitalkshow di Ibis Style Jemursari (foto : avy/hariansurabaya.com)

Senada dengan Ricky, Firman mengulas pencapaian personal branding itu dengan cara mengupas filosofi yang dipegang seseorang dalam hidupnya. Buat Firman sendiri, hal itu ia jelaskan lewat gunungan dalam budaya Jawa yang ia pahami sebagai panduan dalam menentukan sikap dan pemikirannya selama ini.

Uraiannya itu menjawab pertanyaan Iwan yang membawa bahasan ke bagian seberapa pentingkah personal branding itu buat seseorang? Buat Firman, hal itu sangat tergantung pada posisi apa seseorang itu saat ini. Bila menganut dalam gunungan ada tiga fase yang dilalui setiap manusia sebelum ia berda di puncak yang tak lagi menghitung kebutuhan duniawi.

Bila di fase awal yang disimbolkan dalam harimau dan banteng, lalu kedua fase kera dan yang terakhir di merak. Pada saat fase merak itulah personal branding itu sangat dibutuhkan. Seperti merak, keindahan menjadi modalnya agar diri kita tampil menarik di depan orang lain.

”Saat itu Anda sudah dalam situasi yang memerlukan personal branding itu. Kalau masih di bagian yang hanya membutuhkan kecepatan kerja Anda saja ya belum perlu. Bila semua fase itu dilalui maka personal branding itu mengikuti posisi kita sedang di mana,” tegasnya.

Namun Firman tetap menyarankan bahwa setiap orang tak perlu menunda-nunda membentuk personal branding-nya. Sebab semua itulah yang mempermudah dirinya bisa dikenali oleh orang lain. Apalagi alam dunia bisnis, personal branding sangat dibutuhkan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap pekerjaan yang kita lakukan.

”Enggak usah terlalu dipikirkan harus bagaimana. Buat saja diri kita berbeda dulu. Kalau enggak lakukan saja yang tidak dilakukan oleh orang lain. Sebab personal branding itu akan datang sendiri tanpa kita rencanakan. Tahu-tahu kita telah dikenali orang. Baik itu dalam pemikiran, hasil kerja, atau penampilan kita,” tegasnya.

Ricky yang secara tampilan dikenal personal branding-nya karena gayanya dalam berbusana mengakui hal yang disampaikan Firman. Ketika ia membuat dirinya menjadi unik dengan ukuran yang sesuai dan cocok dengan dirinya sendiri maka personal branding itu mengikuti begitu saja.

”Untuk bisa menata penampilan saya dengan berkaus turtle neck dan topi seperti ini malah awalnya bukan karena pekerjaan saya tapi karena hobi saya di dunia musik. Ini saya dapat ketika memilih genre jazz,” ujarnya.

Bagaimana untuk menjaga personal branding itu tetap kuat? Kiat dari Ricky dan Firman seolah seragam. Mereka ternyata tak mau ambil pusing dengan penilaian orang terhadap apa yang dilakukan. ”Saya enggak ngurus apa kata orang. Self confidence saja lagi,” tegasnya.

Firman juga menambahkan bahwa jangan pernah mati gaya. Cari sendiri apa yang Anda anggap itu diri Anda. Be yourself. Jangan berhenti mengangkat diri kalian dengan membuat sesuatu yang berbeda. Be different or die!.

Sharing sessions ini didukung oleh ibisStyle Surabaya Jemursari, Surabaya Suites Hotel, Harris Hotel Gubeng, Jamu Iboe dan Black Canyon. Dan merupakan agenda rutin PHMI yang dilaksanakan setiap 2 bulan sekali. (ac)