
Surabaya, HarianSurabaya.com – Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Pesan mulia ini telah meresap dalam diri Ivan Hartanto Sinarso, S.M. di usia yang masih muda. Lewat lappintar.id dan Klinik Keluarga Pintar yang digagasnya, Ivan telah banyak memberikan kemanfaatan bagi sesama.
Setiap bulan, bekerja sama dengan pihak-pihak yang punya semangat sama, Ivan Sinarso (28 tahun) rutin melakukan kegiatan bakti sosial kesehatan. Kegiatan sosial itu gratis. Menyasar sebanyak 50 warga yang memang membutuhkan check up kesehatan.
Kepada HarianSurabaya.com, Ivan bercerita bahwa pada tahun 2019 silam, ia mulai menginisiasi lappintar.id sebagai start up digital yang dipicu karena masih belum efisiensinya bidang laboratorium. Kala itu, dokter bila ingin melakukan pemeriksaaan, masih harus pakai form. Belum ada yang benar-benar online. Selain itu, pengolahan data kurang bagus karena hanya diberi hasil. Tidak ada sistem berupa reminder, data analisis, maupun eletronic medical record.
“Awalnya, mulai jalan dari keluarga dulu. Pasien yang mau ke laboratorium, kami hubungkan ke lab yang besar. Modelnya kayak comisson base,” ujarnya.
Niat tulus Ivan untuk membantu sesama semakin membuncah ketika ada kerabatnya yang meninggal karena masalah ginjal. Ironisnya, sebelumnya, kerabatnya tersebut sudah melakukan medical check up dan ketahuan fungsi ganjalnya bermasalah tetapi dia tidak membacanya.
“Supaya semakin berkembang, dari modal nol, saya bikin labpintar.id ini. Ketika punya cukup modal, saya lalu bikin klinik sendiri. Tahun lalu izinnya selesai klinik keluarga pintar. Kami sudah berhenti jadi jembatan antar pasien-laboratorium, tetapi sudah maju sebagai faskes sendiri,” jelas Ivan.
Setelah berubah menjadi faskes, sambung Ivan, dia bisa menurunkan cost menjadi sangat rendah karena melakukan kontrol sendiri. Menyadari dirinya bukan orang medis, Ivan lantas membentuk tim yang berisikan orang medis terbaik. Dia mengambil kepala lab dari beberapa lab. Juga kepala manajer/kepala cabang untuk dimasukkan ke lappintar.id dengan misi sama yaitu membantu banyak orang.
Menurut Ivan, dalam tahapan sekarang, targetnya adalah menyejajarkan lappintar.id dengan laboraroitum lain. Karenanya, dia mendatangkan mesin dari Jerman. Analist juga berpengalaman. Bila pasien memeriksakan diri ke LabPintar dan laboratorium yang lain, hasilnya mungkin sama.
“Tapi karena kami basisnya start up dan digital cost lebih murah, kami bisa sering main voucher diskon. Pemeriksaannya juga ada historinya. Bapak-bapak yang sering periksa di LabPintar, akan keluar historinya. Semisal tanggal sekian bagaimana perkembangannya gula darahnya. Jadi tidak dilihatin satu-satu di kertas riwayat pemeriksaannya,” jelasnya.
Selain memberikan pelayanan laboratorium yang memudahkan, Ivan juga berkontribusi untuk masyarakat dengan melakukan bakti sosial gratis. Setiap bulannya ada pemeriksaan gratis dengan menurunkan dokter. Dimulai dari lingkungan kecil.
“Kami bisa kasih pemeriksaan gratis. Setiap baksos 50 orang. Dan itu minimal ada satu orang yang ginjalnya bermasalah tapi dia nggak tahu. Lalu kami konsultasikan ke dokter dan langsung dirawat,” ujar Ivan.
Terdorong pengalaman berhadapan dengan maut di tengah laut
Ivan menyampaikan, sudah menjadi kewajiban baginya untuk membantu sesama.
Dan ternyata, semangatnya untuk membantu sesama itu sedikit banyak didorong oleh pengalaman pribadinya yang hampir direnggut maut.
Ivan yang kelahiran Lombok pada 28 Desember 1996 itu membeberkan kisah kalau pernah terbawa ombak sampai ke tengah lautan ketika bermain di pantai. Waktu itu dia masih kelas 2 SMA. Ada seorang kawan datang dari Surabaya berkunjung ke Lombok.
Sebetulnya sebagai ‘anak pantai’, Ivan sudah terbiasa berenang di pantai. Sudah mahir dan merupakan makanan sehari-hari. Namun entah kenapa pada waktu itu dia dihadapkan pada situasi mengerikan diluar perkiraan. Di tengah asyiknya berenang diantara ombak, tahu-tahu dia terbawa arus hingga hampir ke tengah lautan. Yang di sepanjang pantai tidak nampak adanya karang.
Di tengah situasi berhadapan dengan maut itulah, Ivan lantas memanjatkan doa kepada Tuhan. Dia juga mengucapkan ‘nazar’ jika memang masih diberikan kesempatan selamat oleh Tuhan.
“Saya berdoa supaya Tuhan menolong dan menyelamatkan saya. Secara tiba-tiba dan ajaib, didepannya ada sebuah karang yang tinggi. Secara spontan saya lalu berpegangan di karang itu tanpa memperdulikan duri karang yang tajam. Sambil melepas lelah karena tanpa sadar berenang cukup jauh, saya melihat teman-teman yang di pantai tampak kecil. Saya lalu mengumpulkan tenaga untuk bisa kembali ke pantai,” kenangnya sembari mengusap pipinya yang tanpa sadar keluar air mata.
Menurut dia, pengalaman tersebut semacam pengalaman spiritual yang membuat dia mempunyai pandangan yang berubah soal hidup. Saking berkesannya, dia selalu meneteskan air mata kalau diingatkan kembali pada waktu itu.
“Saya sempat berucap pada Tuhan, pakailah saya saja untuk melakukan kebaikan pada sesama kalau saya selamat dan diberi kesempatan melanjutkan hidup. Dan karena pengalaman yang sangat berkesan itulah kemudian tangan Tuhan mengarahkan saya memilih jalan seperti sekarang ini,” imbuhnya.
Berangkat dari momen itu, Ivan merasakan setiap kali membuat keputusan apapun dalam hidup seperti mendapat kemudahan. Ada feeling yang kuat. Salah satunya ketika lulus SMA dan dihadapkan pada pilihan mau kuliah kedokteran atau bidang Manajemen Teknologi Informasi.
Meski dirinya sudah disiapkan untuk mengambil kedokteran, tetapi Ivan merasa ada firasat untuk mengarah ke teknologi informasi bidang manajemen. Pertimbangannya sederhana. Kalaupun sama-sama bertujuan untuk membantu orang, tetapi dengan menjadi pebisnis, dia merasa bisa membantu lebih banyak orang. “Dengan jalan yang sekarang, saya bisa membantu ribuan bahkan jutaan orang,” tegas Ivan.
Harapan dan mimpi yang ingind icapai: pertama, in sudah jalan, sudah punya klinik, kedua pengen buka cabang dikota lain, ketiga pengen bikin cabang di luar negeri, nggak muluk-muluk.
Dengan semangat dan ikhtiar anak muda yang penuh semangat, Ivan kini berhasil mengembangkan LabPintar dan sudah memiliki 13 cabang yang tersebar di Surabaya, Jakarta, Lombok dan Bandung. Di Surabaya, ada lab khusus untuk pemeriksaan darah.
Tidak banyak anak muda yang sukses di jalan mulia seperti Ivan di usia yang masih sangat muda. Jalan mulia dalam artian berbisnis tidak hanya berbasis profit oriented, tetapi juga ada misi sosial.
Meski begitu, Ivan tidak ingin cepat berpuas diri. Dia punya harapan dan mimpi yang ingin diraihnya di tahun-tahun mendatang. Utamanya untuk pengembangan LabPintar. Dia ingin membuka cabang LabPintar lebih banyak. termasuk membuka cabang di luar negeri.
“Untuk tahun ini masih fokus ke pondasi klinik, device dan SOP-nya. Berikutnya untuk pengembangan cabang. Harapannya, lima tahun ke depan bisa ke luar negeri,” ujarnya.
Ivan juga menyampaikan komitmennya untuk terus melakukan bakti sosial setiap bulan kepada masyarakat. Bahkan, dia berharap bisa menjangkau lebih banyak masyarakat yang dibantu.
“Selama ini jumlah 50 itu minimal. Kalau bisa lebih banyak. Apalagi kalau ada dukungan orang lain dan perusahaan ikut partisipasi juga,” pungkas dia. (hsa)