hariansurabaya.com | SURABAYA – Ekonomi Jawa Timur pada triwulan II/2023 tumbuh sebesar 5,24%, di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17%. Hal itu disampaikan Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim, Doddy Zulverdi saat bincang-bincang media (BBM) di kantornya, Selasa (8/8/2023).
Doddy menjelaskan, angka tersebut menunjukkan tingkat ketahanan ekonomi domestik terhadap tekanan global terus menguat. Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Jatim diantaranya karena peningkatan Investasi PMA (Penamaan Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga.
“Meskipun sedikit melambat karena triwulan tahun lalu (yoy) mengalami lonjakan mobilitas,” ujarnya.
Pada periode triwulan II/2023, lanjut Doddy, ekonomi Jatim juga berkontribusi signifikan pada pertumbuhan perekonomian nasional sebesar 14,45% dan 25,23% terhadap perekonomian Pulau Jawa.
“Ekonomi Jatim mengalami akselerasi cukup signifikan dan telah berlangsung sejak Triwulan IV pada tahun lalu,” ujarnya.
BI Jatim optimistis, angka pertumbuhan ekonomi di Jatim akan terus mengalami kenaikan dan akselerasi positif seiring penurunan laju inflasi. Berdasarkan Grafik Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi Jatim menunjukkan tren penurunan. Tercatat 4,11% pada Juli tahun ini (YoY).
Namun demikian, penurunan itu masih sedikit lebih tinggi dari target nasional. Sedangkan inflasi month to month lebih rendah dari nasional. Itu karena Surabaya masih menjadi penyumbang inflasi terbesar di Jatim (4,60%), meski tren laju inflasi di kota ini menurun.
Inflasi di Jatim diyakini akan memenuhi target pada Agustus ini, karena dukungan berbagai program. Dipastikan perbaikan dan akselerasi masih terjadi. Namun, kondisi global harus tetap diwaspadai. Terutama dampak geopolitik yang belum tuntas, gangguan supply chain ekspor impor serta suku bunga inflasi di negara-negara maju masih tetap tinggi.
Kondisi ekspor Jatim masih tipis karena dampak global. Tapi masih ditutupi oleh kinerja permintaan domestik. Mitigasi resiko ketidakstabilan nilai tukar ini turut menjadi perhatian Gubernur BI dengan mendorong kebijakan intervensi di luar suku bunga.
“Secara keseluruhan, perekonomian seluruh provinsi di Pulau Jawa sebagai penyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional terbesar turut mengalami kenaikan. Ini diantaranya karena faktor kekuatan konsumsi rumah tangga seperti libur hari besar keagamaan, dan libur panjang sekolah,” kata Doddy.
Selain itu juga insentif pembayaran yang dikeluarkan pemerintah (konsumsi pemerintah) serta investasi dengan kontribusi 3,46% pada triwulan I/2023 naik menjadi 5,49% pada triwulan II/2023.
“Ini sedikit menutup perlambatan di sisi ekspor,” sambungnya.
Ditambah, tren inflasi di Pulau Jawa juga terus menurun dan beberapa bulan terakhir berada di kisaran target 3%. Dan meskipun tekanan kondisi perekonomian global yang bersumber dari geopolitik yang belum tuntas, gangguan supply chain masih membayangi, namun dampak ekonomi domestik masih terbatas.(ac)