hariansurabaya.com | SURABAYA – Telkom Indonesia kembali menggelar yang kedua kalinya Pelatihan Jurnalistik, kali ini dengan menggandeng Publisiana dan telah dibuka pada hari Rabu (24/08) di Aula Telkom Landmark Tower Surabaya.
Teddy Hartadi selaku EVP Telkom Regional V membuka acara tersebut dengan didampingi oleh Sabri Rasyid selaku AVP External Communication, Andri Herawan Sasoko selaku VP Corporate Communication dan Rustam F. Mandayun selaku Direktur Publisiana.
Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan acara puncak yaitu Pelatihan Jurnalistik dan Sosialisasi Transformasi Telkom yang menghadirkan 3 narasumber yaitu :
- Rustam F. Mandayun dengan materi Menjadi Jurnalis Profesional
- Imam Wahyudi dengan materi Elemen Jurnalisme
- Mohammad Taufiqurohman dengan materi News Gathering: Reporting, Riset, dan Wawancara
Pemateri pertama diawali oleh Rustam F. Mandayun atau inisialnya RFM, adalah wartawan senior yang sekarang menjabat sebagai Direktur Publisiana. Memaparkan bagaimana menjadi jurnalis yang professional. Dengan menyerap materi yang diberikan, diharapkan peserta bisa memahami UU Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan hal-hal penting dalam praktik jurnalistik yang menjunjung tinggi Profesionalisme.
RFM lebih banyak mengupas soal Undang-undang Pers karena ternyata jurnalis sendiri masih banyak yang belum paham. Sedangkan untuk menjaga profesi jurnalis harus menjadi wartawan yang kompenten. Yaitu harus paham UU No 40 tahun 1999 tentang Pers, tahu Kode Etik Jurnalis, paham Standar Kompetensi Wartawan, Pedoman Pemberitaan Media Siber, Pedoman Pemberitaan Ramah Anak dan Pedoman Pemberitaan Terkait Tindak dan Upaya Bunuh Diri.
Pemateri berikutnya yaitu Imam Wahyudi atau IW, menyampaikan materi berupa elemen-elemen yang harus ada sebagai jurnalis. Dengan harapan peserta bisa memahami dan mampu menunjukkan elemen-elemen jurnalisme dalam kasus konkret yang diberikan pemateri.
Sedangkan pemateri terakhir hari ini adalah Mohammad Taufiqurohman atau MT. Wartawan gaek yang sekarang mengisi waktunya sebagai Trainer Publisiana, Ketua Senat Politeknik Tempo dan Trainer Tempo Institute. Materi yang disampaikannya adalah News Gathering yaitu berupa Reporting, Riset, dan Wawancara Adapun tujuan setelah pelatihan, para peserta bisa memahami nilai-nilai berita (news values) dan menerjemahkannya ke dalam rencana liputan dan wawancara.
Baca juga : Telkom Gelar Pelatihan Jurnalistik Yang Ke-2 Menggandeng Publisiana
Dengan gayanya yang santai tapi formil. Gaya khas wartawan orde baru begitu dia beberapa kali dengan bangga menyebutnya. Bukan tanpa alasan. Karena cap wartawan orde baru itu menandakan sudah kenyang dengan pengalaman baik suka maupun duka. Tapi lebih banyak dukanya. Karena sering harus berhadapan dengan rezim yang belum bisa menerima kebebasan pers yang jujur dan terbuka.
Diselingi berbagi pengalaman sepak terjangnya sebagai wartawan di era orde baru, MT juga memberi tips bahwa proses pengumpulan bahan berita merupakan bagian penting dari pekerjaan jurnalis. Seberapa banyak informasi yang dapat dikumpulkan oleh seorang jurnalis akan menentukan kualitas berita yang diterbitkan. Namun jurnalis harus mematuhi undang-undang yang berlaku umum saat mengumpulkan berita. Dan melanggar undang-undang tersebut dapat membuat mereka bertanggung jawab secara perdata atau pidana.
Contoh misalnya, masuk tanpa izin ke properti orang lain. Berbohong tentang diri sendiri, atau membuat rekaman audio atau video secara sembunyi-sembunyi, terkadang dapat menyebabkan tuntutan hukum terhadap jurnalis.
Pelatihan Jurnalistik yang diikuti oleh 27 media itu akan dilanjutkan hari Kamis (24/08) dengan pemateri dan tema yang lebih seru lagi.(ac)