hariansurabaya.com | SURABAYA – Satu kata menggambarkan film Pengepungan di Bukit Duri yaitu SADIS. Betapa tidak. Aksi pembantaian terang-terangan disuguhkan hampir dari awal sampai akhir film yang berdurasi 2 jaman itu.
Tayangan diawali settingan suasana sekolahan tahun 2009. Dimana kerusuhan telah terjadi dimana-mana. Bahkan anak sekolahpun tidak merasakan kenyamanan dan keamanan. Sehingga timbullah tragedi seorang siswi pelajar diperkosa beramai-ramai. Sampai akhirnya dia hamil.
Inti cerita sudah mulai tergambar, dimana Edwin mendapat tugas dari almarhumah kakaknya untuk mencari keponakannya yaitu anak hasil dari kejadian tahun 2009 lalu. Tahun 2027 dimana Edwin memilih untuk menjadi guru, merupakan langkah awal munculnya serentetan kejadian yang tragis baik dalam kehidupan pribadinya maupun sekolah itu sendiri. Gimana kelanjutannya, silahkan nonton sendiri ya!
Yang jelas, Joko Anwar ingin menyampaikan pada generasi sekarang bahwa peristiwa tahun 1998 itu ada. Tanpa ditampilkan secara nyata, mereka tidak akan pernah tahu sejarah tersebut. Bukan bermaksud mengungkit luka lama. Kejadian itu harus dijadikan pembelajaran, supaya kita waspada dan berhati-hati.
Kita tidak pernah tahu sehari kedepan, seminggu kedepan bahkan nanti di tahun 2027 seperti settingan film itu. Banyak adegan sadis, tapi di luaran lebih sadis. Dimana sekarang banyak preman, begal sampai klitih yang terjadi di Jogja atau Semarang.

Bahkan Joko Anwar tidak menargetkan penonton dalam jumlah tertentu. Harapannya, para generasi muda terutama Gen Z bisa menonton untuk menjadi bahan pembelajaran.
Film “Pengepungan di Bukit Duri” menjadi kolaborasi pertama antara rumah produksi Indonesia, Come and See Pictures, dan studio legendaris Amazon MGM Studios di Asia Tenggara. Film ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 17 April 2025, dan menjadi salah satu film Indonesia paling dinantikan tahun ini.
Film “Pengepungan di Bukit Duri” mengikuti kisah Edwin (Morgan Oey). Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji untuk menemukan anak kakaknya yang hilang. Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah untuk anak-anak bermasalah. Di sana, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya. ketika akhirnya ia menemukan anak kakaknya, kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah, melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.
Film ini dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang. (acs)