SURABAYA – Eksplorasi sumber daya minyak dan gas bumi (migas) kian berkembang dari tahun ke tahun baik yang dilakukan di darat maupun lepas pantai, untuk mengetahui potensi migas di suatu daerah. Seiring perkembangan zaman, kegiatan eksplorasi ini memiliki permasalahan yang kompleks akibat perubahan lingkungan.
Berangkat dari hal tersebut, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberikan ide tentang rancangan platform pengeboran untuk eksplorasi migas yang efisien dan ramah lingkungan. Tim yang terdiri dari Frankie Samuel, Rafly Rama, Ferrel Siahaan, dan Novita Jayanti ini membuat platform bertajuk ARINEE yang ditujukan untuk eksplorasi minyak lepas pantai atau offshore oil rig.
Ide ini berangkat dari tantangan studi kasus perancangan platform untuk eksplorasi lapangan minyak baru di Gumusut-Kakap, Malaysia. Kendala utama dalam studi kasus di antaranya, kadar karbondioksida yang berlebih, ditambah lapangan yang terletak di kedalaman laut berpotensi memicu timbulnya karat. “Karbondioksida yang tinggi bisa mengakibatkan perkaratan yang cepat terhadap peralatan untuk menambang migas di bawah air,” tutur Frankie, ketua tim.
Frankie menjelaskan, terdapat lima sistem utama dalam platform tersebut. Kelima sistem tersebut di antaranya adalah sistem tenaga, sistem pengangkatan, sistem pemutar, sistem sirkulasi, dan sistem pencegah semburan liar. “Platform ini berfungsi untuk mengidentifikasi apakah reservoir yang dituju dapat membawa keuntungan secara ekonomis untuk diolah atau tidak,” paparnya.
Pada sistem tenaga, lanjut Frankie, platform ini menggunakan Natural Gas Engine yang ramah lingkungan, serta mampu memanfaatkan gas yang terdapat di sekitar lapangan sebagai sumber energi. Di samping ekonomis, sistem tenaga ini sekaligus mengurangi kadar karbondioksida di sekitar mesin sebagai elemen pemicu terjadinya karat. “Platform ini bisa mengurangi kadar emisi karbondioksida hingga 159.127 pon per hari,” tandas mahasiswa Departemen Teknik Kelautan itu.
Ferrel Siahaan, salah satu anggota tim menjelaskan, platform telah dilengkapi dengan Coiled Tubing Drilling (CTD) untuk sistem pengangkat dan pemutarnya. CTD sendiri terbukti unggul baik dari segi waktu maupun biaya, serta lebih aman digunakan oleh operator. “Penggunaan CTD ini termasuk salah satu keunggulan dari platform kami, sebab belum banyak platform offshore yang menggunakan teknologi ini,” ungkap Ferrel.
Adapun pada sistem pengeboran, lanjutnya, dibutuhkan fluida yang biasa disebut mud atau lumpur. Lumpur dalam hal ini berfungsi untuk menjaga tekanan dan temperatur platform ketika melakukan pengeboran. “Untuk melancarkan proses pengeboran, platform ini memanfaatkan lumpur yang nantinya disirkulasi sebagai penjaga suhu dan tekanan sistem,” tutur pria asal Jakarta tersebut.
Selain itu, menurut Ferrel, untuk mencegah kecelakaan yang dapat terjadi akibat tingginya tekanan aliran fluida, platform ini telah dilengkapi dengan Blow Out Preventer (BOP) System atau sistem pencegah semburan liar. “Sistem ini akan secara otomatis menutup atau memotong pipa ketika terjadi semburan liar, sehingga potensi kecelakaan dapat dihindari,” tambahnya.
Platform yang telah dilengkapi oleh dynamic positioning system ini telah berhasil menjadi 1st runner up pada International Oil Rig Design Competition yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Mara Malaysia pada November 2018 lalu. Frankie mengklaim bahwa desainnya telah mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Malaysia. “Dari semua inovasi yang kami usulkan, jika ditotal bisa menghemat hingga 8,82 juta USD,” ujar Frankie. (ist)