Dokter Hisnindarsyah, Menulis untuk Kehidupan dan Supaya Tidak Lupa Diri

381 views
Dokter Kolonel Laut (K) Kesehatan Hisnindarsyah, menulis supaya tidak lupa diri/ foto: hadi santoso

Surabaya, HarianSurabaya.com–Tidak banyak dokter yang memiliki passion menulis seperti Kol.Laut (K) Dr.dr. Hisnindarsyah, SE, M.Kes, M.H. Di sela aktivitasnya sebagai dokter yang melayani masyarakat, dia mampu istiqomah menulis setiap hari.

Selain memiliki blog pribadi yang berisikan lebih dari 200 tulisan yang ia tulis sendiri, Dokter Kolonel Laut (K) Kesehatan Hisnindarsyah juga sudah menulis delapan buku. Bila kebanyakan tokoh ketika menulis buku menyewa ghost writer (sebutan untuk penulis bayangan), semua bukunya itu ia tulis sendiri.

“Bagi saya, parameter bahwa saya sehat, saya selalu ada tulisan. Ibaratnya, kalau saya tidak menulis, saya tidak hidup,” ujarnya.

Benih-benih gemar menulis sudah tertanam pada diri dokter Hisnindarsyah sejak dirinya masih kelas 4 SD. Dia sudah gemar membaca puisi. Bahkan membaca catatan pinggiran di Harian Kompas.

Ibarat ceret (teko), setelah diisi air, maka air akan dituangkan ke gelas. Setelah membaca banyak hal, hasil membaca itu lantas ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Mengutip petuah Sahabat Ali bin Abi Thalib, menulis adalah cara untuk mengikat ilmu agar tidak lupa.

“Saya menulis untuk kehidupan. Bukan mencari penghidupan. Menulis sebagai sarana belajar untuk menghargai hidup,” sambungnya.

Pernyataan dokter Hisnindarsyah tersebut bukan sekadar bicara. Namun, merupakan refleksi perenungan dari aktivitasnya menulis selama menulis bertahun-tahun.

Baginya, kini, tujuannya menulisnya telah melalui tiga fase. Dari mencari jati diri. Lalu ingin mendapatkan eksistensi diri. Hingga, menulis supaya tidak lupa diri.

“Tujuan saya menulis supaya tidak lupa diri. Tidak lagi bicara mencari jati diri atau eksistensi diri. Ada yang memaknai itu supaya tidak pikun atau supaya tidak sombong,” tutur dokter berusia 51 tahun ini.

Dengan aktivitasnya sebagai dokter, pengajar, kepala keluarga, dan ayah dua anak yang tentu superpadat, bagaimana cara suami dari Virly Mavitasari ini menyempatkan waktu menulis?

Dokter Hisnindarsyah awalnya juga sempat berpikir seperti pertanyaan banyak orang itu. Dia lantas terinspirasi oleh sosok Dahlan Iskan yang dianggapnya sebagai guru dalam menulis. Pak Dahlan, ketika dulu sakit, juga tetap rajin menulis seputar operasi transplantasi hati.

“Saya biasanya menulis di malam hari. Sekitar pukul 22.00. Saya jatah tidak boleh lebih dari 1 jam-an. Satu jam itu bisa menulis 1500-2000 kata. Buat saya tidak ada yang spesial. Semua orang sebenarnya bisa kok. Ini bukan soal kemampuan, tapi kemauan. Kalau kita menikmati ya nggak terasa berat,” tuturnya.

Bagi Dokter Hisnindarsyah, menulis itu sebenarnya mudah. Tidak harus menulis dengan bahasa yang tinggi, kompleks, dan sulit. Tema-tema yang dia tulis lebih sering perihal seputar keseharian ataupun kisah yang dia alami. Ambil contoh buku “Aku dan Setengah Kematianku” yang naik cetak Maret 2021 lalu. Buku ini berisikan pengalamannya melalui perjalanan kejadian ‘nyaris’menghadapi kematian.

“Memang, kesyukuran saya, ketika tulisan saya mendapatkan respons dan memberi manfaat kepada masyarakat. Kalaupun itu tidak tercapai, tidak masalah. Karena saya bertujuan menulis supaya tidak lupa diri,” imbuhnya.

Terpenting, bagi dokter kelahiran Jakarta ini, komitmennya dalam menulis
adalah tulisan-tulisannya tidak bertentangan dengan hukum Tuhan dan hukum nasional yang menjadi kebijaksanaan negara yang sudah disepakati.

“Sebab, itu adalah koridor yang harus kita jaga dan kita amankan. Jangan coba-coba nyeleneh dari aturan itu karena itu merupakan regulasi. Tugas kita sebagai bagian dari bangsa harus menjaga agar tetap berada pada koridornya,” tegas dokter yang kini berpangkat Kolonel Laut (K) Kesehatan ini.

Dari dokter Hisnindarsyah, kita bisa belajar bahwa menulis bukan hanya tentang menuangkan gagasan perihal apa yang ingin ditulis. Namun, menulis juga bisa menjadi ikhtiar untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat. Sekaligus, menjadi pengingat untuk tidak lupa diri. (hsa)