hariansurabaya.com | SURABAYA – Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menilai tembaga merupakan mineral strategis yang bisa memberikan manfaat kepada Indonesia. Ia juga menyebut tembaga bisa menjadi mineral masa depan karena memegang peran kunci pada industri ekstraktif saat ini. Tony menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara pada acara Investor Daily Summit 2023 bertemakan “Mineral Resources: Backbone of Indonesia’s Economy” di Hutan by Plataran, Jakarta.
“Tembaga ini dianggap sebagai ‘mineral masa depan’ (the mineral of the future) karena memiliki peran kunci dalam tren industri saat ini, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk mobil listrik dan energi terbarukan,” kata Tony dalam keterangannya kepada media di Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Dengan nilai strategis tersebut, Tony mengatakan PTFI tidak hanya sekadar menambang sumber daya alam tersebut untuk mengejar keuntungan. Ia menegaskan PTFI juga memerhatikan keberlanjutan lingkungan dalam menjalankan bisnisnya, ditambah dengan kebutuhan pasar global yang semakin besar.
“Pertambangan adalah industri ekstraktif yang mengubah bentang alam sehingga lingkungan dalam industri pertambangan menjadi isu yang tak luput dari perbincangan. Untuk itu, kami sudah merencanakan dan sedang merestorasi lingkungan yang terdampak, termasuk tailing areas (area penimbunan limbah),” tuturnya.
Tony mengatakan saat ini proses penambangan PTFI sedang mengalami peningkatan. Ia menyebutkan secara target sudah mencapai kapasitas hampir 100% dari yang direncanakan pada tahun ini, yaitu sekitar 200 ribu ton bijih per hari.
“Pada tahun depan, PTFI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 220 ribu ton bijih per hari, yang diharapkan akan menghasilkan 1,7 miliar pon tembaga dan 1,9 juta ons emas,” jelasnya.
Lantas berkaitan dengan komitmen PTFI terhadap keberlanjutan lingkungan, Tony mengatakan ada lebih dari 1.600 hektare lahan operasional PTFI yang telah direhabilitasi. Saat ini, area tersebut sudah kembali menjadi area bervegetasi. Selain itu, sudah lebih dari 400 hektare area overburden juga telah mengalami proses serupa. “Hal ini mencerminkan komitmen PTFI dalam menjaga lingkungan,” ujarnya.
Dalam sesi sebagai pembicara, Tony juga memaparkan bagaimana usaha PTFI dalam melakukan upaya hilirisasi dengan membangun smelter tembaga di Gresik. Melalui smelter, PTFI mengolah konsentrat tembaga menjadi produk yang lebih murni, seperti katoda tembaga dan emas batangan.
“Saat ini PTFI juga sedang membangun smelter tembaga di Gresik, yang merupakan smelter single line terbesar di dunia. Saat ini, perkembangan pembangunan proyek smelter telah mencapai 84 persen kemajuan sesuai dengan rencana dan diharapkan dapat beroperasi penuh pada akhir 2024.”
Tony menyampaikan komitmen PTFI untuk menyelesaikan pembangunan proyek smelter ini. “Kami akan menyelesaikannya karena smelter ini dianggap sangat penting bagi Indonesia, dan ini mendukung visi Pak Jokowi dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dengan peran penting tembaga di dalamnya,” tuturnya.
Selanjutnya, Tony menyatakan PTFI juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 30 persen pada tahun 2023. “Sekarang ini kita telah mencapai sekitar 22-23 persen dari target tersebut. Kami optimistis bisa mencapai target tersebut,” katanya.(ac)